Setelah beberapa hari tinggal di Ciudad de Panama, saya mulai lebih mengenal kota cantik yang letaknya di Teluk Panama, dan berbatasan dengan Samudra Pasifik ini.Bagian-bagian kota yang terkenal dengan tempat wisata atau belanja seperti Albrook, Casco Viejo, Ciudad de Saber, dan juga Cinco Costera ataupun Panama Viejo telah sempat saya kunjungi.
Menjelajah ibu kota Republica de Panama ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain dengan cara yang paling mudah, yaitu naik taksi di mana kita harus tawar-menawar harga dalam bahasa Spanyol karenasemua taksi tidak menggunakan argometer. Kita juga dapat menjajal naik angkutan umum seperti Metrobus, metro, maupun bus terkenal, yaitu sang setan merah “diablo rojo”.
Salah satu keunikan Metrobus adalah rutenya. Hampir semua rute berawal dan berakhir di Estacion atau stasiun bus terbesar di Panama, yaitu Albrook.Dan yang membuatnya agak sedikit rumit adalah bus di sana tidak memiliki nomer. Yang ada hanyalah tujuan akhir ataupun tempat yang dilewati bus tersebut yang terpampang di display elektronik yang ada di depan bus.Dan nama-nama tempatnya pun cukup antik seperti “Tumba Muerto” alias kuburan tempat orang mati?
Sore itu, saya kembali berada di Terminal Albrook setelah sempat berkelana ke bagian kota paling tua di Panama yang kini hanya berupa reruntuhan saja, yaitu Panama Viejo.Menurut respesionis hotel, kalau kita ingin menyaksikan keindahan Kota Panama dari kejauhan disarankan untuk mengunjung Almador.Almador merupakan beberapa pulau kecil yang ada di sebelah barat daya Ciudad Panama dan kebetulan dihubungkan dengan jalanatau causeway sehingga secara teori sudah menjadi satu dengan Kota Panama.
Sekitar pukul empat sore bus yang saya tumpangi bergerak meninggalkan Terminal Albrook.Setelah melewati kawasan Balboa, bus kemudian mulai menyusuri causeway atau jalan yang menghubungkan Kota Panama dengan tiga pulau yang termasuk kawasan Almador, yaitu Isla Naos, Isla Perico, dan yang paling ujung adalah Isla Flamenco.Karena jalan yang menghubungkan Amador dengan Ciudad de Panama ini hanya cukup untuk dua kendaraan, maka bus hanya bisa memutar di halte terakhir di Isla Flamenco sebelum kembali lagi ke Albrook.
Di Isla Flamenco ini saya turun dan menikmati suasana pulau, pantai, dan juga hembusan angin Samudra Pasific dengan latar belakang pencakar langit Ciudad de Panama di kejauhan.“Bienvenidos” atau“Selamat Datang”, demikian sebuah resort yang bernama “Fuerte Amador Resort & Marina” menyambut kedatangan saya.
Saya kemudian berjalan terus memasuki resor yang kebetulan sedang diadakan pameran kapal pesiar. Wah, di kawasan ini memang diparkir ratusan kapal pesiar mewah yang siap mengantar kita berlayar di Samudra Pasifik.Di sebuah restoran, saya sempat memesan makanan yang lezat, yaitu “pescado del dia” atau fish of the day yang berupa ikan goreng yang baru saja ditangkap di Samudra Pasifikditemani oleh “papas fritas” atau kentang goreng dan tentu saja saus sambal yang nikmat.
Alunan musik irama Latin yang riang dan gembira terus saja menemani suasana senja di Kota Panama ini.Tidak terasa hari pun mulai menjadi gelap ketika saya kembali ke halte bus dan kemudian menunggu metro bus yang menuju ke Albrook.Hanya ada sepasang remaja yang juga menunggu bus di halte.
Sepuluh menit menunggu, dan waktu sudah menunjukkan hampir pukul 7 malam, ketika akhirnya sepasang remaja itu pun ternyata naik taksi yang kebetulan berhenti. Sementara metro bus yang ditunggu belum juga datang. Sekitar sepuluh menit kemudian seorang gadis yang berseragam sebuah toko juga ikut menunggu di halte.
“Esperan para el Metrobus, Senor?” tanya gadis itu kepada saya untuk memastikan apakah saya memang sedang menunggu metrobus atau menunggu angkutan lain.
“ Si Senorita,Ha esperando por mas de media hora,” jawab saya menegaskan sudah menunggu lebih dari setengah jam.
Sang gadis kemudian bercerita bahwa layanan metrobus memang sangat tidak memadai. Kita bisa menunggu setegah jam atau satu jam lebih baru mendapatkan bus katanya lagi.
Akhirnya, kira-kira lima menit kemudian sebuah taksi berhenti di hadapan kami dan menawarkan kepada sang gadis untuk ikut bersamanya ke arah kota.“Adonde?”tanya sang supir menanyakan tujuan saya. Ketika saya menyebut “Albrook”, sang sopir menjawab dia hanya bersedia mengantar sampai ke Estacion Cinco de Mayo di mana saya dapat melanjutkan ke Albrook dengan metro. Cuanto es?Tanya saya lagi menanyakan ongkosnya yang dijawab un cincuenta alias satu setengah Balboa saja.
Saya dan sang gadis segera naik ke taksi dan tidak lama lagi seorang gadis pun ikut naik sehingga sudah tiga orang ada di dalam taksi dan sang supir segera menancap gas menuju ke pusat kota. Ketika taksi sampai di Isla Naos, seorang pemuda kembali memberhentikan taksi kami dan ikut naik menuju Cinco de Mayo.
Sesampainya di Cinco de Mayo, saya pun turun dengan mengucapkan muchas gracias sambil memberikan sekiping uang logam satu Balboa dan sekeping lagi pecahan media Baliboa.
Ternyata di Panama, taksi juga bisa dijadikan omprengan!
Ciudad de Panama Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H