Hongkong,!!Kota yang terkenal sebagai salah satu kota dunia dan bahkan dijuluki dengan nama “Asia’s World City”serta tersohor dengan deretan gedung-gedungencakar langitnya.Dari sekian banyak gedung tertinggi di dunia, beberapa di antaranya berdiri di kawasan yang menjadi daerah admintrasi khusus alias SAR di Cina sejak 1997 ini.
Namun, perjalanan saya kali ini bukan untuk membahas ataupun mengunjungi kecanggihan Hongkongdalam hal gedung-gedung maupun tempat wisatanya yang mampu menyedot puluhan juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya, melainkan sekedar menginti p sisi lain kehidupan masyarakat di Hongkong. Walaupun perjumpaan saya dengan sisi lain kehidupan masyarakat Hongkong ini sesungguhnya terjadi tapa rencana dan juga hanya karena ‘salah jalan.Demikianlah kisahnya:
Setelah sedikit bosan dengan glamornya daerah urban di kawasan pulau Hongkong serta sebagian semenanjung Kowloon, tujuan wisata saya kali ini adalah sebuah museum gratis yang terletak di Kawasan “New Territories”, tepatnya di sekitar stasiun kereta api “Tai Woo” yang dulunya merupakan salah satu tempat perhentian dari jalur kereta yang menghubungkanHongkong dan Guangzhou .Pada masa kejayaannya jalur kereta ini dinamakan KCR atau Kowloon Canton Railway karena pada masa itu, kota Guangzhou lebih terkenal dengan nama Canton.
Sesuai petunjuk arah , dari terminal bus di stasiun Tai Woo, saya naik minibus no 25 K jurusan Lam Tsuen dan kemudian turun di Nam Shing Road yang terletak hanya 3 atau 4 halte dari stasiun.Dari sana tinggal jalan sedikit untuk tiba di museumyang memamerkan sejarah perkeretaapian di wilayah yang dulunya pernah menjadi koloni Inggris ini.
Tidak lama menunggu, saya kemudian naik minibus berwana hijau kuning dengan hanya membayar ongkos seharga 5.90 HK Dollar menggunakan kartu Octopus.Mini bus berjalan dengan cepat, namun setelah sekitar 5 menit saya kemudian menyadari bahwa saya telah mengambil minibus yang arahnya berlawanan dengan minibus yang menuju ke Nam Shing Street.
Degan segera saya memberi tanda kepada pengemudi untukberhenti di halte berikut untuk kemudian menyebrang dan mencoba menunggu bus yang berlawanan arah.Di halte inisaya memperhatikanrute minubus dan juga nama-nama halte yang di lewati. Ternyata halte ini terletak di dekat sebuah tempat wisata rohani yang bernama “Lam Tsuen Wishing Tree”.
Karena rasa penasaran, saya pun kemudian berjalan menuju tempat wisata ini.Saya memasuki sebuah jalan dengan beberapa buah restoran di sebelah kiri yang kebetulan sedang sepi dan kemudian berakhir di sebuah pohon besar di persimpangan jalan.Di dekat pohon ini terdapat dua papan besar dimana terdapat banyak gulungan kertastergantung dengan rapi.
Sebuah arca Avalokiteshvara yang secara harifiah berarti dewi penjaga bumi berdiri dengan anggun di kaki pohon. Arca yang di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan Kwan Im Po sat atau Dewi Kwan Im ini dihiasi dengan kertas-kertas bekas pemujaan dan juga dupa yang sudah habis terbakar.Hanya gagangnya yang berwarna merah tua tertinggal di kaki arca.
Di dekat papan besar, sepasang lelaki dan wanita berusia empat puluh tahunan terlihat sedang khusuk berdoa sambil memegang kertas sembahyang dan dupa. Kertas ini kemudian digantungkan di papan dan disesuaikan dengan shio kita masing-masing.Shio merupakan perhitungan yang mirip dengan horoskop namun disesuaikan dengan tahun kelahiran dan berulang setiap12 tahun.
Seorang wanita setengah baya berbicara dalam Bahasa Mandarinmenawarkan kertas sembahyang. Tawaran ini hanya saya jawabdengan gelengan kepala sambil tersenyum dan berkata ‘Bu Yau” alias tidak mau.Wanita ini kemudian berpindah ke pengunjung lain dan terus menawarkan barang dagangan berupa kertas sembahyang.
Ternyata selain di kertas sembahyang, keinginan kita juga dapat dituliskan pada buah jeruk berwarna kuning yang menurut cerita dulunya kemudian digantungkan di dahan dan pohon beringin besar itu.Sayangnya pada sekitar tahun 2005, sebagian dahan ini jatuh dan sempat menimpa beberapa pengunjung yang ada di bawahnya. Sejak itulah, dibuat papan besar yang digunakan untuk menggantungkan keinginan dan permintaan para peziarah.
Di pohon ini, kita dapat memanjatkan doa kepada Dewi Kwan Im untuk meminta agar berbagai keinginan kita dapat tercapai.Kita dapat minta jodoh, pekerjaaan, atau bahkan harta, kekayaan dan juga pangkat dan kedudukan.Asyiknya, tempat ini juga segaligus dijadikan tempat wisata dan bahkan pada waktu-waktu tertentu terutama sekitar Tahun Baru Cina diadakan semacam festival.
Siapa sangka, ingin berkunjung ke museum kereta api, ketemunya pohon pemujaan. Dan di Hongkong yang serba cepat dan materialitis ini, masih juga dipraktekan kebiasaan dan kepercayaan tradisional seperti di pohon tempat meminta yang memiliki nama resmi “Lam Tsuen Wishing Tree” ini.
Hongkong. 3 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H