Nasib dan garis tangan kali ini membawa saya ke Papua New Guinea yang lebih terkenal dengan singkatan PNG. Negeri mantan protektorat Australia yang mendapatkan kemerdekaan di tahun 1975 ini berbagi perbatasan dengan tanah air di tanah Papua, sehingga bagian baratnya milik Indonesia, serta bagian timurnya milik PNG.
Kali ini, pengembaraan ke PNG dimulai dari bandara Changi di Singapura ketika pesawat Air Nuigini dengan nomer penerbangan PX393 sudah siap membawa saya ke tanah surga terakhir di bumi dengan penerbangan yang disebut sebagai “Paradise”, sebagaimana tertulis di majalah penerbangan Flag Carrier PNG ini.Suasana tanah Papua sudah terasa di dalam kabin, selain banyak penumpang ras Melanesia, awak kabin juga campuran berbagai ras dan etnis yang mewakili negeri yang juga sangat bhineka ini.
Setelah hampir 7 jam mengudara, akhirnya pesawat Boeing 767 kami mendarat di pagi buta di Jackson International Airport yang letaknya kira-kira 10 km dari pusat kota atau CBD Port Moresby.Pemerikasaan imigrasi berjalan lancar dan untuk pemegang paspor Indonesia mendapatkan fasilitas VoA atau Visa on Arrival dengan gratis apabila tujuan kita untuk melancong. Sedangkan bagi yang ingin mendapatkan visa bisnis harus membayar 500 Kina atau kalau dikurs sekitar 210 USD.
Setelah melewati pemeriksaan bea cukai, saya pun segera menukarkan uang dengan mata uang Kina dan segera mencari kendaraan yang sudah siap menjemput ke hotel tempat saya menginap.Dalam perjalanan ke hotel ini, saya berbincang-bincang dengan pengemudi yang kebetulan bernama Eddie dan sempat bertanya bagaimana mengucapkan terima kasih dalam bahasa setempat.
“Tenk yu ru”, jawab Eddie sambil menjelaskan bahwa ia baru saja mengucapkan terima kasih banyak dalam Bahasa Tok Pisin, yang merupakan semacam Lingua Franca yang dapat dimengerti oleh hampir semua penduduk PNG kecuali di daerah-daerah terpencil.Dijelaskan juga bahwa di PNG terdapat lebih dari 800 bahasa lokal yang mewakili setiap suku yang ada di kawasan timur Papua ini. Dan uniknya sebagian penduduk yang tinggal di perbatasan dengan Indonesia sebenarnya memiliki suku dan bahasa yang sama.
Asyiknya BahasaTok Pisin ini merupakanPidgin English dimana banyak kosa kata diambil dari Bahasa Iggris , Jerman, Belanda, dan juga Inggris slang Australia, namun dicampur dengan gaya dan ragam dari berbagai macam bahasa lokal yang ad di PNG. Akibatnya banyak kata yang mudah ditebak artinya seperti Yu yang artinya anda dan mi yang artinya saya.
Dalam Bahasa ini juga tidak ada tenses seperti dalam Bahasa Eropa di atas sehingga waktu sekarang, dahulu dan masa datang sebuah kata kerja tidak mengalami perubahan bentuk. Kata seperti Plis dan Sori sangat mudah ditebak artinya karena berasal dari Bahasa Inggris Please dan Sorry. Selain itu ada juga Wanem yang berarti Apa dan Nogat yang berarti Tidak.
Selain itu kata yang cukup lucu adalah Misis dan Masta untuk menunjukan ari Nyonya dan Tuan yang hanya diperuntukan bagi orang asing, khususnya yang berkulit putih.Mirip dengan ucapan mister di Indonesia.
Akhirnya saya pun mencoba belajar beberapa kata dasar yang sering diucapkan seperti“Wanem nem bilong yu” Yang artinya what is your name?Wanem artinya "what", nem, "name", bilong berasal dari kata "belong" dan yu yang berasal dari kata "you".
Tentunya kalau kita mau sekedar berbasa-basi harus bisa juga mengucapkan “Yu Orait?” yang artinya How are you? Dan kemudian jawabannya adalah “Mi orait tasol” alias I am fine.Kalau mau berbelanja, cukup hafalkan kata “Em hamas?” yang artinya How much is that? Dan “Dispela em hamas?“yang artinya How much is this?.
Selain itu ada juga kata laik yang memang artinya like sehingga kata “Mi laik go long Parliament Haus” artinya I would like to go to Parliament House”serta untuk bertanya dari mana asal kita atau where are you from adalah “you bilong wanem hap?” yang cukup dijawab dengan “Mi mangi Indonesia”.
Sudah cukup rasanya kita belajar sedikit Bahasa Tok Pisin dan dengan bekal ini anda sudah bisa berkelana bersama saya di PNG yang disebut juga “Land of Mystery”
“Mi laik malolo liklik” saya sudah lelah dan mau beristirahat.
Port Moresby, 14 January 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H