Mohon tunggu...
taufik sentana
taufik sentana Mohon Tunggu... Guru - Personal Development

Pendidikan, sosial budaya dan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di tepian sungai tigris

18 Januari 2025   07:14 Diperbarui: 18 Januari 2025   07:13 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungai Tigris meliuk bagai ular purba yang luka.Membelah daratan, membisikkan cerita tentang kerajaan yang runtuh, mimpi yang musnah Dan peradaban yang terkubur. 

Tubuhmu pernah pekat hitam oleh buku buku yang dimusnahkan oleh bangsa mongol.

Di tepianmu, kutemukan pecahan tembikar Jejak langkah masa lalu, samar tak berbekas. Ukiran wajah-wajah yang tak dikenal menceritakan kisah cinta, perang, dan kepongahan.

Bulan purnama menari di atasmu Memantulkan cahaya keperakan Membuatmu bagai pita perak yang berkilau menjalin kisah-kisah sepanjang zaman

Kau saksi bisu, saat menara Baitul Hikmah menjulang tinggi  meraih langit dunia menyentuh mimpi. Namun angin badai menerjang keras meruntuhkan menara, menyisakan debu. 

Di tepianmu, para penyair mengukir kata mengabadikan keindahan alam dan cinta Omar Khayyam, Al-Khwarizmi, nama-nama besar menyumbang pada khazanah dunia

Kau mengalir terus, tak pernah berhenti, menyembuhkan diri, membawa harapan dan mimpi baru menyuburkan tanah, menghidupi jutaan jiwa anugerah dari Sang Pencipta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun