Mohon tunggu...
taufik sentana
taufik sentana Mohon Tunggu... Guru - Personal Development

Pendidikan, sosial budaya dan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kabinet Kolesterol

17 Oktober 2024   21:44 Diperbarui: 17 Oktober 2024   22:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabinet Kolestrol

===

Ini gak ada hubungannya dengan kita dukung siapa saat pilpres kemarin. Ini murni opini. Melihat kondisi riil visi kita ke depan dan masalah domestik kita.

Dalam kondisi sekarang, dengan utang per agustus..hampir 7ribu T, maka idealnya ada niat efisiensi dalam tubuh kabinet.

Apalagi kabinet ini diharapkan jadi kabinet kanzen ya..yang diisi orang orang tepat. Walau ada catatan juga dari pak norsy..bahwa ini model kabinet akomodatif kuantitatif. Ada faktor jokowi dan jasa partai pengusung dan pendukung.

Menurut beliau..kalau ingin menyelesaikan masalah indonesia ke depan..kita mesti memakai pola abnormal. Karena masalah kita sudah tak biasa" lagi. Jadi diperlukan terobosan jangka panjang yang di luar nalar biasa untuk menjangkau visi bersama indonesia maju.

Jadi postur menteri..saya kira ini bagian dari tangan penting presiden dalam menyelesaikan kepentingan masyarakat.

Namun..dengan posturnya yang sekarang...100an menteri termasuk wakil dan ketua badan..maka sudah bisa dihitung pasti anggaran untuk mereka akan membengkak sementara jaminan efektifitas program belum ada.

Apalagi di dalamnya..wamen..ada rafi dan giring misalnya, bahkan ada abu janda...yang latar belakang mereka bukan teknokratis. Sehingga urgensi wamen ..juga stafnya..bisa kita hitung kembali. Apabila tanpa wamen..cukup dengan stah ahli..apakah fungsi menteri akan mati? Tidak kan.

Ini salah satu pemicu kolesterol tinggi dalam kabinet pak prabowo. Yaa dia punya logika...negera kita kan negara besar..wajar klo menterinya banyak...mestinya yang dilihat perspektif kebutuhan masyarakat dan bagaimana himpitan masyarakat sekarang ini. Belum lagi isu hilangnya kelas menengah dalam dekade ini. Tentu akan menjadi pertimbangan lain.

Dan betapa banyak anggaran yang terselamatkan dengan memperhatikan pola rekrutmen mentri dan wamen ini. Hingga tubuh indonesia bisa berdenyut dengan baik mencapai kemakmuran dan keadilan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun