Mohon tunggu...
taufik sentana
taufik sentana Mohon Tunggu... Guru - Personal Development

Pendidikan, sosial budaya dan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kota yang Gagap

8 September 2024   23:20 Diperbarui: 8 September 2024   23:22 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kota yang Gagap

Asap menembus mata. Membawa gelombang laut senja. Malam luka tanpa rembulan muda. Hujan hujan yang berlari di bawah kaki bukit. Seperti mengajakmu bermain. Tapi itu ilusi kecerdasan dalam pola dan prediksi logaritma. Benar kata seorang penyair, hujan telah menjadi logam. Kita menjumpai reruntuhan isi kepala dan tumpahan cairan otak depan. Diam diam kita berjalan, entah kemana. Menembus asap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun