Indonesia sedari dulu dikenal sebagai negara yang memiliki keramahtamahan, tata sopan santun dan budi pekerti, latar belakang budaya yang beragam yang tersebar di ribuan pulau, menambah eksotisme negara khatulistiwa ini. Namun, wajah rupawan nusantara akhir-akhir ini sedang tak ramah, begitu sensitif, dengan mudah kita jumpai berita soal konflik horisontal dan mungkin sudah bukan hal yang mengejutkan lagi bukan? Ironis memang, keharmonisan yang telah lama dibangun, kini mengalami pengikisan.
Ir. Soekarno sang proklamator bangsa besar ini tahun 1920 silam pernah berorasi: "Beri aku seribu orang, dan aku akan menggerakan gunung Semeru! Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air dan aku akan mengguncang dunia" . Begitu serius Bung Karno jika sudah berbicara masalah kebangsaan terlebih menyangkut pemuda yang sangat dia yakini sebagai agen perubahan. Romantisme perjuangan republik ini juga tidak lepas dari peran besar pemuda yang memiliki semangat kebangsaan yang menggelora. Lalu, bagaimana dengan kondisi pemuda saat ini? Beragam lembaga riset menyebutkan ihwal keterpurukan polah remaja Indonesia kini, kebebasan dan arus modernitas yang tak terbendung setidaknya berperan dalam pembentukan karakter remaja saat ini.
Kita semua setuju jika pemuda adalah pewaris tunggal bangsa ini, banyak cara yang bisa ditempuh guna membentenginya, salah satunya dengan membumikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah perkara besar. Sebuah organisasi pendidikan diluar sekolah dan keluarga yang tahun ini akan tiup lilin di usia setengah abad, Gerakan Pramuka, ikut ambil bagian dalam mengangani masalah kepemudaan. Nilai-nilai yang diajarkan dalam pembinaan generasi muda ala Gerakan Pramuka adalah pembentukan mental dan karakter pemuda yang toleran dan cinta tanah air.
50 tahun yang lalu tepatnya 14 Agustus 1961, Bung Karno meresmikan organisasi tunggal kepanduan yang sebelumnya berjumlah seratusan dan mewakili golongan. Hingga kini, Gerakan Pramuka masih tetap eksis membina kaum muda. Teringat sebuah kisah nyata tentang bertemunya dua kelompok regu yang berasal dari dua suku yang tempo lalu bertikai, mereka saling rangkul dan terharu betapa mereka telah dipersatukan oleh Gerakan Pramuka. Saat itu mereka menanggalkan memori kelam pertikaian, mereka sadar bahwa mereka adalah agen perdamaian sebagaimana yang dicita-citakan Lord Baden Powell, penggagas gerakan kepanduan dunia.
Banyak kisah yang bertebaran di bumi khatulistiwa ini terkait peran pramuka dalam mengusung misi perdamaian, pemahaman tentang perbedaan. Hal yang tidak dimiliki organisasi lain adalah organisasi ini bersih dari aktifitas politik, dan murni merupakan organisasi berbasis kebangsaan, mewakili seluruh aspek budaya, ras, dan agama. Jangan ragu mendukung Gerakan Pramuka, Pramuka sarana efektif merekatkan bangsa.
Oleh:
Taufik Umar Prayoga, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UPBJJ-UT Bogor dan Pembina Gugusdepan di sebuah Pesantren Modern di Bogor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H