Pada bulan Juni 2019, satu hari setelah hari raya Idul Fitri 1440 H, saya jalan-jalan ke Brunei Darussalam. Tiket penerbangan dengan Air Asia kala itu ramah dikantong dengan rute: Padang-Kualalumpur-Bandar Seri Begawan PP. Saya menghabiskan 2 hari saja di Bandar Seri Begawan. Brunei memang bukan negara tujuan wisata populer dikalangan traveler maupun turis, namun entah kenapa saya ingin berkunjung.Â
Tak banyak yang saya lakukan selama di Bandar Seri Begawan, hanya mengunjungi Masjid Sultan Omar Ali Saefuddin, melihat kampong Ayer dari kejauhan, berkunjung ke Istana Sultan Brunei untuk menikmati sajian Idul Fitri, serta melihat-lihat mall-nya yang sederhana dan hanya itu saja.
Saya tak berminat masuk museum dan bertamasya di kampung Ayer. Entahlah, mungkin karena ibukota negara Brunei saat itu begitu sepi, karena orang-orangnya pada mudik ke kampung halaman masing-masing ya, sehingga denyut kehidupan kurang terasa.
Pada hari pertama di negeri itu, ku menyeret kaki yang sakit berjalan dari hotel menuju spot-spot tertentu, terutama ke masjid. Jalanan begitu lengang, sunyi sepi pitunang poyang (ciiee..wkakaka), bahkan satu mobil berisi anak muda tetiba menyapaku yang berjalan sendirian.
Kuperhatikan negeri yang katanya kaya raya ini dan dengan segera menyimpulkan bahwa tampilan ibukota kesultanan Brunei memang tidak segemerlap negeri-negeri muslim lain yang kaya raya.
Menurut wikipedia, Masjid Sultan Omar Ali Saefuddin merupakan masjid Kerajaan Brunei yang dibangun pada tahun 1958. Bangunan masjid ini bergaya campuran Mughal dengan Italia dan diarsiteki oleh seorang Italia bernama Cavaliere Rudolfo Nolli.
Di kolam depan masjid terdapat replika perahu mahligai milik kesultanan Brunei. Yang menarik dari masjid ini terletak pada kubahnya yang terbuat dari emas murni.
Saya sempat mengikuti beberapa kali salat fardhu didalam masjid cantik ini. Pada hari pertama saya jalan  ke masjid, selain kaki yang sakit saya juga didera rasa haus, untunglah didalam masjid tersedia air minum sejuk untuk jamaah. Mungkin karena kesakitan kaki itu jualah yang membuat saya jadi malas mengunjungi spot-spot penting lainnya di Bandar. Namun demikian, berkunjung dan salat didalam  Masjid Sultan Omar saja sudah membuatku senang.Â