Caranya bagaimana? Dengan memperbanyak membaca shalawat. Jadi, cara Sayyid az-Zabidi ialah shalawat itu suatu konstitusi ilmu.
"Allahumma" Allah pemberi, "ala Muhammad" atau "ala Sayyidina Muhammad" yang diberi.
Jadi, tidak mungkin "Hadzihi al-Ummati" Ummat ini menuhankan kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Karena, dengan cara membaca shalawat "Allahumma" Yaa Allah saya minta Engkau sebagai pemberi, kasihkan shalawat terbaik-Mu kepada hamba-Mu yang bernama Muhammad
Dengan teks shalawat ini, sekaligus penjaga konstitusi tauhid dan "Hadzihi al-Ummati" Ummat ini tidak akan mengalami apa yang dialami oleh ummatnya Nabi Isa AS.
Lah kalian tidak, membaca shalawat itu karena khasiatnya... Seperti halnya, kalau dibaca sekian bisa membayar hutang, kalau dibaca sekian bisa mendapatkan isteri yang cantik, kalau dibaca sekian bisa poligami, selalu saja kelakuannya seperti itu, yang ngerti substansi ini pasti tidak tertarik hal yang demikian itu.
Jadi orang kok tidak menghargai ilmu, membaca shalawat itu tidak banyak-banyak, yah hanya dua atau tiga kali, akan tetapi dengan penghayatan seperti halnya Sayyid az-Zabidi.
Konkulsinya, tidak keramat lagi seperti kita ini, akan tetapi secara konstitusi ilmu lebih diridhai Allah SWT dan Rasulullah SAW, yakinlah ya dengan dipertegas "Haqqu al-Yaqin".
Karena itu, tadi Nabi setelah tragedi Nabi Isa AS dituhankan.
Sebab itu, Sayyid Muhammad ketika memuji Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam itu selalu mengutip perkataan Syaikh al-Busyiri bahwa
دَع مادعَاته النصارَ في النبي هِم وحكُم بِما شِىٔت مدحًا فيهِ واحتقِم