Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bandingkan Harga Skincare dan Beras, Sudah Benarkah Dedi Mulyadi?

7 Maret 2024   05:43 Diperbarui: 7 Maret 2024   11:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Dedi Mulyadi menuai pro kontra (Foto ANTARA FOTO) 

Perbandingan antara harga skincare dan harga beras ini dimulai dari viralnya pernyataan calon anggota DPR RI dari Partai Gerindra, Dedi Mulyadi. 

Jadi kita tarik dulu asal usul kehebohan skincare dan harga beras ini. Menurut Dedi, masyarakat harus mengubah paradigmanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradigma artinya kerangka berpikir. 


Kepada Kompas.com, (29/2/2024) dia mengatakan setiap hari masyarakat makan nasi dari beras, namun tidak menghargai sawah dan buruh tani. Masyarakat terus menuntut harga beras murah akan tetapi setiap hari perumahan, pabrik, ruko dibangun dengan menggusur sawah.

Sejurus kemudian, dia mengungkap masalah skincare sebagai salah satu kebutuhan masyarakat yang harganya mahal namun tidak dipermasalahkan seperti halnya kenaikan harga beras saat ini dimana beras premium dipatok dengan harga Rp 18.000 di pasaran. 

"Harga skincare, rokok, HP, motor, baju naik diam saja, tetap beli. Giliran harga beras yang naik ribut semuanya, seperti dunia mau kiamat,” kata Dedi Mulyadi kelahiran Subang, 12 April 1971.

Di sinilah kelirunya pemikiran Dedi Mulyadi. Sebenarnya paradigma Dedi sendiri yang perlu diluruskan atau dikoreksi sedikit. Sekilas memang benar apa yang dikatakannya itu jika kita berpikir tanpa memandang sisi yang lain. 

Tahukah Anda, bahwa skincare, rokok, HP motor adalah jenis-jenis kebutuhan yang beda kastanya dari beras. Menurut catatan Gramedia.com jenis-jenis kebutuhan manusia yang disebutkan oleh Dedi Mulyadi adalah jenis kebutuhan sekunder atau tersier. 

Kita simak dulu apa itu kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan primer sendiri adalah kebutuhan pokok sehingga manusia bisa hidup dengan layak dan harus terpenuhi misalnya bahan makanan, beras dalam hal ini. Sedangkan kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang didapatkan setelah kebutuhan mutlak, primer dan sekunder terpenuhi, motor dan mobil misalnya. 

Terlihat jelas kini bahwa Dedi Mulyadi mencampuradukkan jenis kebutuhan itu untuk membenarkan opininya. Opini itu lantas menjadi viral dan sebagian masyarakat menjadi yakin pernyataan Dedi adalah benar karena tidak mengetahui konsep ekonomi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun