film rekomendasi ini saya lakukan sendiri. Saya jadi teringat akan kisah masa kecil. Saya dan termasuk Kompasianer yang sebaya tentu tidak asing dengan komik kecil berjudul 'Siksa Neraka' karya MB Rahimsyah. Sebuah komik yang mengisi relung hati kita - menggambarkan masa depan gaib setelah kehidupan kita di bumi ini.
Perjalanan menontonTentu film berdurasi 98 menit itu tidak dapat sepenuhnya menggambarkan isi komik, setidaknya ini adalah penilaian saya. Anggi Umbara menggarap film ini dengan fragmentasi yang menyiratkan nasehat mendalam. Beberapa adegan siksa neraka dalam komik tentu tidak komprehensif digambarkan dalam film. But, its okay, its still very hot.
Ragam komentar, review, spoiler saya simak di berbagai lini literasi. Ini adalah film yang membuat orang bertobat, kata mereka. Yang menurut saya cukup unik, ada juga orang yang mereview tetap tidak ingin bertobat atau mengatakan tidak cukup membuatnya bertobat karena menonton film ini. Uhuyy...
Tobat atau taubat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna sadar dan menyesal akan dosa dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan, jera, merasa tidak sanggup lagi. Jika sebuah film dapat membuat orang bereaksi spontan seperti yang diharapkan atau bahkan merubah perilaku atau tingkah laku, itu adalah efek yang bombastis dari sebuah sekedar menonton film.
Film 'Siksa Neraka' yang dibintangi Safira Ratu Sofya, Kiesha Alvaro, Ariyo Wahab, dan Rizky Fachrel cukup memberikan cuplikan kepada penonton akan perilaku pribadi masing-masing terhadap dosa yang mungkin pernah dilakukan. Refleksi terjadi di ruang bioskop. Tidak jarang penonton menangis - termasuk saya. Berulang kali saya beristighfar memohon ampun pada Allah terkait adegan siksa neraka yang totally brutal dan sadis.
Saya ingat sebuah ayat dalam Al Quran yang mengatakan bahwa malaikat penyiksa di dalam neraka itu adalah makhluk yang patuh pada Tuhannya, mereka tuli, bisu dan buta sehingga mereka menyiksa tanpa ampun. Tentu ini adalah adegan yang membuat penonton bereaksi - menyesali kesalahan utamanya.
Film 'Siksa Neraka' membuat penontonnya tobat? Klasik sekali. Itu tergantung pribadi masing-masing. Namun, cukuplah film ini jadi pelajaran dan pengingat bahwa segala sesuatu akan berbalas: baik dan buruknya perbuatan kita.
Tobat sambal. Di dalam masyarakat kita kerap mendengar istilah ini. Tobat sambal bermakna tobat yang tidak benar-benar dilaksanakan (tidak sepenuh hati), masih melakukan kesalahan yang sama. Jika setelah menonton film 'Siksa Neraka' kita bertobat lalu kemudian lanjut berbuat dosa lagi atau tidak bersungguh-sungguh berubah maka tobat sambal menjadi keniscayaan.
Sebaik-baiknya tobat adalah karena Allah semata, berdasarkan kesadaran jiwa. Meski manusia adalah makhluk yang lemah dan tiada lepas dari silap dan salah, maka terus bertobat adalah suatu keharusan. Tidak benar jika kita merasa menyerah karena tetap berbuat salah atau dosa, teruslah memperbaiki diri dan meminta ampunan kepada Allah dan jangan berputus-asa atas rahmatnya. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebagai sedikit kritik untuk film ini: "Saya kurang setuju dengan adegan di film yang menyibak tabir tentang siapa malaikat penyiksa itu. Film menuturkan bahwa malaikat penyiksa itu adalah diri kita sendiri. Dalam keyakinan saya, malaikat penyiksa itu menurut Al Quran adalah makhluk lain yang diciptakan Allah khusus untuk menjalankan tugas di neraka. Mereka menyiksa tiada letih dan bosan sama sekali. Mereka tidak memiliki iba atau belas kasihan. "