ia diam tanpa ragu memilih diam. wanita berjalan tegak dengan pandangan dalam menyimpan luka. seberapapun berat, tetap ditutupnya rapat. tak sembarang orang dapat masuk mendekat
siluet penderitaan, hinaan dan kecaman - hanyalah sebuah penghalang, wanita itu terus berjalan kencang meski selalu ada rintang membentang
kuat, terus kuatkan, ketulusan wanita mengalir bagai embun di pucuk dedaunan
Baca juga: Ironi Demokrasi
wanita dengan wajah pualam, berlalu pelan lalu rubuh dan terdiam....
mereka bukan hanya perempuan
***
Baca juga: Malam dengan Kelip di Matamu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!