politik panas, dia pula yang sok iye berkhotbah meminta Penyelenggara Pemilu menjaga suhu politik tetap kondusif.
Dia yang buat suhuManuvermu membuat gaduh partai-partai dan pendukungmu. Belum lagi aksi telanjang memperkosa kedaulatan Mahkamah Konstitusi.
Mahasiswa berdemo. Politik memanas. Tapi Presiden yang sering disapa Pak Lurah ini ngomong sok negarawan di media sosial dan media massa.
Rakyat udah banyak terpapar internet dan informasi lainnya. Jadi gak sebodoh yang Anda bayangkan Pak.
Andai saja Anda tidak main wayang di Pemilu ini pasti semua akan damai, gak berkubu-kubu. Debat sejuta bahasan. Narasi begitu banyak. Ipar Anda juga gak disumpahin orang hingga dia dipecat.
Anda sendiri yang menjatuhkan marwah Anda. Saya masih ingat manakala Anda ingin kembali ke Solo sebagai rakyat biasa ketika purnabakti tapi kayaknya Anda berubah pikiran dan menjadi tamak akan kekuasaan.
Mana kala PDIP sudah mentok menolak keinginan Anda, Anda tebar jaring pengikat agar Ketum Partai Merah, Kuning, Ungu supaya tunduk dan patuh atas skenario Anda.
Ya Allah Pak. Dulu loh, saya mati-matian belain Bapak ketika Anda dikatain teman saya Planga Plongo, kok sekarang Anda sudah bukan seperti yang saya pikirkan. Blass, saya runtuhkan simpati saya pada Anda. Begitu kecewa tapi ini membuat saya belajar bahwa inilah yang dirasakan Soeharto dulunya - bangga disebut Bapak Pembangunan sehingga ingin terus berkuasa hihihi. Belanda saja betah apalagi pribumi hehehe.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H