Setelah berkuasa, Jokowi yang tadinya lugu jadi liar tak terkendali. PDIP jadi tak keruan. Mereka hilang kontak dari tindak tanduk kuasa Jokowi.
Jokowi yang asyik bermain api jadi buah bibir se-Indonesia. Tapi karena sebagian besar rakyat sibuk masalah hidup masing-masing, jadilah peristiwa ini menjadi konsumsi orang yang segilintir.
Kuasa itu menggila. Kuasa itu menghilangkan idealisme. Kuasa itu memutar logika. Nana menjadi haus akan tanya. Orang yang baru saja kublokir di twitter -Fajri, seolah dicucuk hidungnya. Ia jadi lembek dengan bahasa defensif yang datar.
Jokowi memainkan puteranya. Memfaedahkan iparnya. Menggerakkan kuasa dan bidak-bidaknya di pemerintahan. Rakyat hanya menengok, melongo dan terpekur. Harga cabai dan beras yang mahal lebih realistis untuk dihadapi.
Biarlah buah busuk dengan sendirinya. Rakyat muak pada srigala pemburu kuasa. Paling banter, rakyat kecil dapat bantuan sekadarnya walau banyak yang disunat pula. Di meja sang politikus Istana, mereka memainkan drama seolah tiada habisnya. Ingatlah Tuhan adalah hakim yang sehebat-hebatnya: waktu itu akan datang dengan nyata.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H