Islam Dipantau Hingga ke Murid Sekolah
Ia juga mengungkapkan, pihak berwenang China juga memasuki sekolah di Ili dengan memanfaatkan data dari siswa-siswa dengan mengisi formulir dengan menanyakan aktivitas normal keluarga Muslim.
Formulir itu berisi pertanyaan misalnya, apakah orangtua menggunakan Assalamu'alaikum ketika bertegur sama dengan kerabat. Apakah mereka makan dan minum di tengah hari ketika bulan Ramadan ini. Apakah mereka sarapan setelah matahari terbit.
Seorang pejabat biro pendidikan daerah Xinyuan membenarkan bahwa orang-orang di bidang pendidikan dan setiap manusia dewasa yang bekerja di pemerintahan dilarang untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Kamina, seorang Muslim di daerah itu mengatakan puasa benar-benar tidak dibolehkan. Beberapa orang rela meninggalkan rukun Islam itu karena takut pada pemerintah dan sebagian lain masih berani puasa dengan diam-diam.
Orang yang berpuasa disebut pemuja agama di daerah itu
Kisah pilu Muslim China ini juga menjadi pelajaran bagi kita betapa bersyukurnya kita bisa menjalankan ibadah Puasa dengan merdeka dan sebebas-bebasnya. Hari-hari kita lalui tanpa adanya intimidasi.
Jangankan untuk buka bersama, untuk mengucap salam saja, mereka dipantau atau diawasi. Jangankan menonton iklan sirup atau kurma dan baju lebaran ketika Ramadan, untuk sahur saja mereka dimata-matai dan disebut pemuja agama karena memang Pemerintah China tidak beragama.
Muslim China tetap kokoh menjaga akidah meski pemerintah melarang mereka. Kita tidak bisa berbuat banyak. Hanya mendoakan mereka bisa bertahan dan dilindungi oleh Zat Yang Maha Besar. Berharap pula dunia terutama pemerintah Indonesia dapat memberi kontribusi untuk Hak Asasi Manusia di negeri China melalui jalan diplomatik.
Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." Surat Al-Mu'min (Al-Ghaafir) (40) Ayat 66.