Perbedaan Laksya Sen, Kunlavut, Kodai, Adinata dan Belawa
Pebulutangkis tentu akan bersaing dengan pemain-pemain dari negara lain. Namun, kadang kala pebulutangkis akan bersaing dengan dirinya sendiri. Bahkan kadang bersaing dengan umurnya sendiri untuk menjadi yang terbaik.
Berprestasi sejak muda tentu menjadi dambaan atlet. Berikut ini akan kita simak prestasi pebulutangkis dunia yang berusia sama dikutip dari situs Badminton World Federation (BWF).
Pertama, Lakshya Sen yang berusia 21 tahun. Meski diisukan mencuri umur tiga tahun, berita itu masih belum menemui titik terang, Lakshya Sen tetap menjadi atlet muda yang berprestasi. Telah mengumpulkan $ 107.165.
Pemain tunggal putra India ini telah menjadi 11 kali juara di turnamen resmi BWF, yang terbesar adalah Juara Piala Thomas 2022. Sen hanya kalah di 5 final yang dilaluinya. Ia bahkan berhasil meraih perunggu Kejuaraan Dunia Bulutangkis dan Perunggu World Tour Finals.
Kedua, Kunlavut Vitidsarn. Atlet Thailand penggemar Chiharu Shida ini telah menjadi juara sebanyak 11 kali dari 15 final dalam kariernya. Lebih hebat dari Sen, Kunlavut bahkan sudah bisa meraih perak Kejuaraan Dunia Bulutangkis dan perak World Tour Finals. Ia telah mendulang $ 117.518 ke rekeningnya.
Ketiga, kita punya Kodai Naraoka. Atlet Jepang berusia 21 tahun ini juga bukanlah pemain yang dapat disepelekan. Ia telah menjadi juara di 6 turnamen dari 11 finalnya. Terakhir ia menjadi semifinalis dan mendapat perunggu World Tour Finals di Bangkok. Uang yang ia kumpulkan adalah $43, 715.
Beralih ke nomor keempat, ada Christian Adinata asal Indonesia. Berhasil menjadi juara di 1 turnamen berlevel Internasional Challenge dengan koleksi $ 1.437. Agak mandek, karena keterbatasan jam terbang dimana PBSI lebih mengutamakan pemain senior seperti Anthony Ginting (26 tahun) dan Jonatan Christie (25 tahun).
Kelima, ada nama Standar Perkasa Belawa. Pemain Indonesia ini berhasil raih $ 682 dari 2 kali ia menjuarai turnamen BWF yaitu Internasional Challenge dan Future Series. Sama saja dengan Adinata, Belawa di usia 21 masih diperam dalam latihan-latihan yang menjemukan di Pelatnas karena masih berpangku pada kakak senior.
Sama-sama berusia 21 tahun, 3 pemain di atas dan 2 pemain Indonesia di bawah tentu membuat kita bertanya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Bagaimana regenerasi di tubuh PBSI? Apakah akan terus mempertahankan pola senior junior seperti ini? Seolah ingin berkata, selama masih ada senior, yang junior harus sadar diri untuk tidak terbang terlalu banyak ke berbagai turnamen. Atau apakah memang kualitas junior Pelatnas tidak bisa bersaing di level atas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H