Mohon tunggu...
Taufik hdyt_
Taufik hdyt_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASANTRI

STIABI rIYADHLULULUM

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencari Esensi Kebahagiaan, Dialog Plato dan Al-Farabi

20 April 2021   16:41 Diperbarui: 20 April 2021   17:04 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al-Farabi membagi kebahagiaan kedalam beberapa kategori, yaitu pertama Al-Ijtima’ al-fadil (kelompok masyarakat), kedua Al-Madinah al-fadilah (kota), dan ketiga Al-Ma’munah al-fadilah.

Puncak dari kebahagiaan akan diraih melalui keutamaan, Keutamaan disini diartikan sebagai kebajikan. Rusfian Effendi dalam buku Filsafat Kebahagiaan (Plato, Aristoteles, Al-Ghazali, Al-Farabi) menelusuri konsep kebahagiaan akan berujung pada tuhan sebagai kebahagiaan puncak karena ilmu pengetahuan apapun hakikatnya bersumber pada sebab pertama (Tuhan).

Rumus yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah sebab akibat. Adanya suatu akibat karena disebabkan oleh suatu sebab, sebab ini menjadi akibat karena adanya sebab lain, begitu seterusnya hingga nanti akan sampai pada apa yang dinamakan dengan Ultimate Cause (Tuhan).

Maka pengetahuan apapun jika manusia ingin bahagia orientasinya haruslah menuju Tuhan. Pemahaman mengenai ilmu pengetahuan yang keliru akan membuat seseorang bergerak menjauhi Tuhannya yang artinya manusia tersebut bergerak menjauhi kebahagiaan,  misalnya ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membuat kerusakan, kekacauan dan ketakharmonisan di dunia ini.

Tiga Kebahagiaan Manusia

Plato mengkategorikan manusia menjadi tiga golongan berdasarkan kebahagiaan. Pertama, pholosopos, orang yang bahagia dalam hidupnya dengan fokus mencari cinta dan ilmu. Kedua, philonikon, orang yang bahagia dalam hidupnya dengan fokus mencari kehormatan, jabatan, status sosial, dll.Ketiga, philokematron, orang yang bahagia dalam hidupnya dengan fokus mencari harta benda.

Dari ketiga jenis menusia tersebut akan lahir teori yang sangat terkenal dari Plato yaitu teori keutamaan, arrete. Manusia harus mencapai keutamaan, keutamaan merupakan sesuatu yang terwujud secara optimal. Sesuatu itu optimal jika dia berfungsi 100% dan secara penuh.

Manusia itu utama jika jiwanya terimplementasi secara optimal, adil dan harmonis. Antara akal, perasaan, dan nafsu harus seimbang dengan menggunakan deteksi rasio. Orang yang mengoptimalkan fungsi-fungsi jiwanya, inilah orang yang bahagia.

Mencerahkan Jiwa

Dapat disimpulkan bahwa  kebahagiaan terdiri dari kebaikan jiwa, dan kebajikan saja adalah Kebahagiaan. Sebenarnya itu identik dengan kesehatan jiwa, dengan kebajikan. Dengan kata lain, kebahagiaan bukanlah produk sampingan dari kehidupan yang baik.

Kebahagiaan sendiri bukanlah soal memenuhi semua keinginan yang sifatnya material. Dan jika seseorang malas berpikir, serta memilih untuk hidup menuruti kemauan sesaatnya saja, kebahagiaan justru jauh dari genggaman tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun