Mohon tunggu...
Taufik Hasyim
Taufik Hasyim Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNM Makassar. Tertarik pada hal-hal yang berbau politik, pariwisata, adat, sosial kemasyarakatan dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Makassar Bukan Bandung

11 April 2015   18:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridwan Kamil atau Danny Pomanto

Membandingkan kedua pemimpin kota besar di Indonesia ini sah-sah saja. Bahkan menarik dan cukup fair mengingat kedua pemimpin ini sama-sama berlatar belakang arsitek, urban design. Ridwan Kamil memimpin kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat sementara Danny Pomanto saat ini jadi walikota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Apalagi mereka memang bersahabat baik.

Sebagai warga Makassar, terus terang saya cukup kagum dengan ide-ide dan karya kreatif kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil). Pribadi yang membangun Bandung dengan penuh humanis, berbasis komunitas. Meskipun belum pernah ke Bandung, begitu mudah melacak dan menemukan karya masterpiece Ridwan Kamil untuk kota Bandung lewat beragam platform.

Pun dengan walikota kami, Danny Pomanto yang berusaha menyulap wajah kumuh kota Makassar dengan segudang programnya. Nama-nama programnya cukup unik mulai dari MTR/Marasa atau Makassar Tidak Rantasa (Makassar Tidak Jorok), Mabello atau Makassar Bersihkan Lorong-Lorong, LISA (Lihat Sampah Ambil) yang digalakkan di sekolah-sekolah, pembersihan kanal hingga yang paling fenomenal program sampah tukar beras. Sukses atau tidaknya program-program tersebut, saya perlu mengapresiasi langkah bagus dari walikota tercinta, Danny Pomanto. Setidaknya, ada perubahan yang nampak oleh mata meskipun belum begitu memuaskan. Beberapa kanal terkesan sedikit bersih dari sampah dan eceng gondok, mobil boks sampah TANGKASAKI yang terlihat lebih modern dan bersih walau saya cukup tergelitik geli melihat rangka-rangka besi tempat sampah yang tersebar di berbagai titik kota. Mungkin pak Wali atau dinas kebersihan yang terkait lupa melengkapi rangka-rangka besi tersebut dengan kantongan sampah atau karung sampah sehingga terlihat tak berguna.

Saya teringat acara talkshow mbak Rosi (Rosianna Silalahi) di event Kompas Kampus UNHAS beberapa waktu lalu. Presenter berita kondang tersebut bertanya tentang program unggulan pak Danny untuk Makassar. Pak Danny dengan semangat mengurai cita-citanya untuk menjadikan Makassar sebagai Kota Dunia. Beliau dengan seksama menjelaskan tentang Makassar Smart City, yang diaplikasikan lewat kartu Smart Card. Yang berfungsi layaknya kartu kredit yang diperuntukkan bagi para pelajar di kota Makassar. Jadi nantinya para orangtua dan wali pelajar bisa mengawasi pengeluaran dan pola jajanan anak mereka. Ke depan, warung jajanan sekitar sekolah akan diverifikasi katanya agar jajanan atau jualan yang disajikan jauh lebih higienis.

Program Smart Card menarik tapi ini bukan esensi dan kebutuhan prioritas yang dibutuhkan warga kota. Secara pribadi saya menilai  jika persoalan mendasar warga Makassar saat ini adalah keamanan, kemacetan, banjir, pelayanan publik, transportasi publik dan ruang publik. Bayangkan setiap pagi dan sore , jalan utama seperti perintis, urip sumoharjo, pettarani jadi langganan macet. Proyek jalan lingkar sebagai solusi macet entah bagaimana nasibnya, menguap begitu saja. Banjir seperti sudah jadi agenda tahunan di beberapa titik di kota Makassar. Pelayanan publik yang masih setengah hati, transportasi umum yang perlu dibenahi karena semrawut dan kurang nyaman hingga fasilitas publik yang cukup minim. Pak Danny perlu belajar banyak ke pak Ridwan Kamil bagaimana mengcreate taman-taman tematik atau fasilitas publik yang begitu nyaman bagi warga kota.

Optimalisasi Pemanfaatan Twitter

Poin penting ketertinggalan Danny Pomanto dari Ridwan Kamil adalah pemanfaatan sosial media utamanya twitter sebagai media komunikasi politik sekaligus sebagai jembatan antara citizendengan major-nya. Ridwan Kamil lihai menggunakan twitter untuk menyapa warga, promosi program kerja, hingga hal terkecil menjadi tempat curhat warga Bandung. Beliau seolah-olah menghilangkan batasan komunikasi antara pemimpin dengan rakyat. Dan yang paling unik, Ridwan Kamil menginstruksikan semua jajaran SKPD untuk membuat akun twitter. Ketika ada keluhan warga terkait pelayanan dsb, dengan mudah kang Emil tinggal men-cc-kan twit keluhan warga ke akun dinas yang terkait. Cara praktis dan jenius untuk meninggalkan pameo birokrasi,,kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah !! Model pelimpahan wewenang online !

Wajar ketika Mansyur Rahim , netizen di Makassar yang akrab disapa Lebug (@LelakiBugis) pernah meradang ketika akun twitter Danny Pomanto hanya dijadikan pajangan ketika ribuan twit keluhan warga Makassar tidak pernah mendapat tanggapan. Jauh ketinggalan sekali lagi jika dibandingkan dengan Ridwan Kamil yang cukup aktif nge-twit.

Bahkan walikota Bandung ini menjadikan twitter sebagai titik kajiannya untuk menangani persoalan di kota Bandung, terlebih twitter dipantau dan dikelola secara professional. Beliau mengatakan memiliki mesin pendukung pembaca media sosial, mesin itu berada di ruangan khusus Pemkot Bandung. Suasana ruangan tersebut memiliki arsitektur yang mirip dengan pusat komando film Star Trek. Di dalam ruangan inilah pemerintah kota mampu lebih cepat menangani segala permasalahan di kota Bandung. 

#MakassarTidakAman dan #MakassarHarusAman

Beberapa tempo lalu, marak kasus kriminal yang dilakukan kawanan geng motor di Makassar. Cukup meresahkan warga kota karena para pelakunya cukup sadis, dari merampok minimarket, merampas barang warga yang berkendara bahkan tak segan melukai hingga membunuh para korban. Kondisi yang cukup mengganggu kenyamanan warga ini terkesan diabaikan dan kurang mendapat perhatian dari Pemkot Makassar dan jajaran kepolisian. Hal ini memicu reaksi netizen Makassar untuk ramai-ramai memasang tagar #MakassarTidakAman dan #MakassarHarusAman sebagai bentuk protes atas ketidaknyamanan ini.

Kasus ini menyita perhatian publik karena tagar #MakassarTidakAman dan #MakassarHarusAman sempat menjadi trending topik di jejaring media sosial, Twitter. Tak ayal ini menjadi pertanyaan pamungkas mbak Rosi (Rosianna Silalahi) kala mengundang Danny Pomanto sebagai salah satu narasumber Talkshow-nya di UNHAS beberapa waktu lalu di acara Kompas Kampus. Sebagai warga Makassar yang hadir di acara tersebut, saya cukup kecewa dengan beberapa jawaban yang meluncur langsung dari mulut pak Danny. Mbak Rosi memberondong pak Danny terkait masalah geng motor juga meminta tanggapan pak Danny terkait meme DICARI WALIKOTA MAKASSAR, TOLONG SAMPAIKAN #MakassarHarusAman.

Saya menahan perut, geli mendengar jawaban pak Danny. Pak Danny berujar saat itu Beliau tidak kemana-kemana, Beliau bahkan sedikit terkesan menyalahkan netizen atas tagar yang jadi trending topik tersebut. Beliau menganggap netizen tidak memantau beragam hal positif yang telah dia lakukan untuk Makassar. Pak Danny mengakui tidak aktif nge-twit dan sempat menyinggung bagaimana sibuknya dia memantau secara realtime (istilah Pak Danny) terhadap program-program yang telah dia lakukan lewat aplikasi WA (WhatsApp). Beliau menuturkan mengawasi dan mengevaluasi SKPD, camat, lurah dan pejabat di lingkup pemkot Makassar lewat aplikasi tersebut. Dari penuturan tersebut, saya menangkap kesan Beliau kurang paham pentingnya sosial media di zaman sekarang, meskipun pada akhirnya Beliau mengakui kesalahannya dan sudah menyiapkan PR (Humas) sebagai penyambung lidahnya di media sosial.

Beliau mengesampingkan usaha warga kota yang diwakili oleh netizen untuk berpartisipasi membangun kota Makassar. Bisa jadi, Beliau tidak paham bahwa aplikasi WA (WhatsApp) bersifat personal bukanlah media sosial, jadi tidak mungkin para netizen Makassar bisa memantau seberapa hebat kinerja Walikotanya jika hanya bercuap-cuap lewat WA. Paling tidak, pak Danny Pomanto 

Saya kemudian mencoba menelusuri akun twitter pak Danny @DP_dannypomanto, akunnya memang ibarat pajangan. Menyedihkan. Timelinenya hanya diisi ratusan retweet-an. Namun demikian, saya sempat temukan beberapa akun twitter plat merah milik Pemkot Makassar yang cukup aktif,  seperti @humasmakassar (Humas Pemkot), @DamKarMakassar (milik Dinas Pemadam Kebakaran), @DiskominfoMks (milik Dinas Komunikasi dan Informasi) serta @mks_sombere (milik Dinas Pariwisata). Cuman akun-akun ini hanya penyampai informasi, tidak memberi respons untuk menjawab aspirasi warga . 

Makassar memang bukan Bandung.

Tapi apakah warga Makassar tidak boleh sebahagia dan senyaman warga Bandung ?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun