Rendra terdiam. Kata-kata Sari menusuknya tepat di hati.
Setelah warung kopi itu sepi, Sari pamit duluan. “Ren, aku yakin kamu bisa. Tapi kamu harus percaya sama dirimu sendiri,” katanya sebelum pergi.
Sepeninggal Sari, Rendra duduk termenung. Ia mencoba mengingat bagaimana hidupnya dipenuhi keputusan yang selalu ia serahkan pada orang lain. Ia bahkan pernah hampir tidak jadi menghadiri pesta ulang tahun temannya hanya karena bingung memilih baju.
Malam itu, Rendra memutuskan sesuatu yang kecil namun penting: ia akan memilih sendiri apa pun keputusannya kali ini.
Seminggu kemudian, Rendra bertemu Sari di tempat yang sama. Ia terlihat lebih ceria dari biasanya.
“Gimana, kamu udah mutusin soal kerjaan itu?” tanya Sari.
Rendra tersenyum bangga. “Udah. Aku pilih yang bikin aku nyaman, walaupun gajinya kecil. Aku sadar, aku lebih suka tinggal di sini, dekat orang-orang yang aku kenal. Aku nggak mau ngejar sesuatu yang bikin aku stres.”
Sari tersenyum lebar. “Nah, gitu dong! Aku bangga sama kamu, Ren. Akhirnya si plinplan bikin keputusan sendiri.”
Rendra tertawa. “Yah, pelan-pelan. Tapi kali ini aku belajar, nggak semua keputusan harus sempurna. Yang penting, aku nggak terus-terusan lari dari pilihan.”
Hari itu, untuk pertama kalinya, Rendra merasa lebih percaya diri. Meski ia tahu sifat plinplannya tidak akan hilang begitu saja, ia sadar bahwa setiap keputusan, sekecil apa pun, adalah langkah menuju versi dirinya yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H