Wisata kuliner sering dimanfaatkan sebagai kegiatan bagi sebagian besar umat muslim di bulan Ramadhan ini. Kadang wisata kuliner juga dijadikan sebagai ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa. Solo merupakan tempat tinggal saya saat ini, mencari menu untuk berbuka puasa juga dikatakan gampang-gampang susah. Namun Ramadhan kali ini saya sering mencicipi makanan dari daerah lain di Kota Solo. Masakan banjar namanya.
Peta Kampung Banjar berada di daerah Jayengan (sumber Solo Digital Map)
Saat berada di Jalan Slamet Riyadi, memasuki perempatan lampu merah Novotel ambil jalan ke kanan menuju Pasar Kembang. Karena belok kiri jalan satu arah, setelah di perempatan lampu merah Pasar Kembang maju sedikit terus belok kiri ke jalan kecil. Di jalan kecil daerah Jayengan ini kita akan menemukan berbagai pengrajin – pengrajin plakat stempel di kiri kanan jalan. Ketika ingin membeli oleh-oleh dari Solo daerah ini juga tempatnya. Setelah bertemu perempatan kedua setelah Masjid al-Fattimah. Ambil kanan dan disinilah kampung Banjar yang saya Maksud. Berbagai makanan khas Banjar-Solo tersedia di sini. Jajanan berbuka puasa yang disajikan oleh warga yang sebagian besar komunitas Banjar ini menggugah minat saya untuk berburu menu sebelum berbuka puasa. Mulai dari Sosis Solo, Strup Makruni, Risol, Kue Lumpur, dan lain – lain. Namun saya mempunyai makanan khas yang saya sering jadikan untuk berbuka. Dan makanan ini juga muncul saat bulan puasa saja, Selat Banjar.
Selat Banjar sama halnya dengan Selat Solo pada umumnya. Terdiri dari Potongan Kentang, Wortel, dan Telur. Namun perbedaannya adalah jika pada Selat Solo Timunnya dipotong sama seperti potongan kentang dan wortel sedangkan pada Selat Banjar timunnya diiris tipis. Kuah yang menjadi pelengkap kedua selat adalah pembeda utamanya. Jika Selat Solo cenderung manis menggunakan gula jawa tapi Selat Banjar menggunakan kuah yang sedikit asam yang membuat lidah saya ketagihan untuk nambah satu porsi lagi.
Jika kita melihat ke arah Timur, ada Masjid yang tidak asing mungkin bagi yang sering jalan-jalan di Kota yang Walikotanya sedang bertarung untuk menjadi Gubernur DKI ini. Masjid yang memproduksi bubur yang hanya satu tahun sekali saat Ramadhan saja. Masjid Darussalam dan Bubur Samin layak di jadikan salah satu tujuan wisata Ramadhan di Kota Solo.
Banjar merupakan salah satu komunitas yang sudah ada hampir seabad silam. Komunitas ini tersebar di berbagai kota solo namun berpusat di Kampung Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah. Masjid Darussalam dan Bubur Saminnya yang melegenda pun sudah hampir seabad juga di kota ini. Dikatakan terkenal karena bubur ini hanya diproduksi satu tahun sekali saat Ramadhan saja. Saat anda datang pukul 15.30 waktu setempat, jangan harap untuk mendapatkan jatah dan lebih baik datang keesokan harinya sedikit lebih siang.
Dikatakan bubur samin karena menggunakan minyak samin sebagai penyedap. Bubur ini tidak ada bedanya dengan bubur lainnya hanya saja menggunakan potongan – potongan daging, wortel, rempah – rempah, serta susu. Menurut salah satu sumber yang saya wawancarai, Bubur Samin ini sudah ada sejak dia kecil dan biasanya orang-orang antre menjelang berbuka puasa.
Banjar – Solo mungkin adalah salah satu gabungan komunitas yang ada di kota ini. Banyak lagi campuran komunitas yang mempercantik multi-etnis kota Solo. Ada komunitas Arab – Solo di derah Rumah Sakit Kustati dekat Pasar Klitikan Semanggi, Komunitas Tionghoa – Solo di daerah Pasar Gedhe dan masih banyak komunitas lainnya di Kota ini. Perdagangan adalah awal mula terjadinya komunitas ini. Sejak berdirinya Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, sejak itu pula para pedagang dari Banjar mulai merantau membawa dagangan hasil alam. Intan adalah komoditas utama para pedagang dari daerah Banjar di Kota Solo. Melalui sungai Bengawan Solo yang menjadi akses menuju pelabuhan Surabaya dan langsung ke utara menuju Banjarmasin merupakan rute yang ditempuh para pedagang zaman dahulu memulai komunitas ini.
Kita kembali lagi ke jalan-jalan di Kampung Banjar daerah Serengan, Solo. Memasuki pukul 17.00 sebagian besar kios – kios yang menjual jajanan untuk berbuka puasa tadi sudah mulai sepi oleh pengunjung. Para pengunjung yang tadi sebelumnya membeli makanan berganti menggunakan baju Koko rapi dan Mukena, bersiap – siap untuk menuju masjid menunaikan ibadah Sholat Maghrib.
Tidak hanya kampung Banjar dengan Masjid Darussalam dan Bubur Saminnya yang melegenda di Kampung Jayengan, Serengan, Solo, Jawa Tengah ini. Masjid al-Fattimah yang berada pada jalan kecil yang kita lalui sebelumnya merupakan tujuan wisata Tarling (tarawih keliling) yang menarik. Masjid al-Fattimah sebenarnya sama dengan masjid kebanyakan pada umumnya. Ada daya tarik sendiri saat bertarawih di sini. Interior dalam Masjid yang indahnya ditambah dengan penerangan yang maksimal menambah daya tarik masjid pada malam hari. Hal ini ditunjukkan dengan berjejernya motor dan mobil di depan masjid serta banyaknya orang – orang baru yang bertanya di mana tempat berwudhu.
Solo adalah kota pedagang. Solo merupakan kota multi-etnis. Dan Solo merupakan tempat tinggal saya saat ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H