[caption id="attachment_278403" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi sumber : indrigautama.org"][/caption]
Beberapa bulan yang lalu saya dan salah seorang teman saya ingin ke tempat percetakan di bilangan Sriwedari. Pada waktu jalanan kota Solo sangat padat-padatnya dikarenakan pembangunan under pass makam haji yang belum selesai sehingga menyebabkan arus kendaraan yang ingin melalui kartosuro berputar ke arah Purwosari menyebabkan pertigaan yang dilalui oleh tiga arus kendaraan tersebut menumpuk. Di saat itu pula saya berpergian sekitar pukul 12 siang dimana kendaraan sedang padat-padatnya ditambah dengan terik matahari yang menyengat dan menembus lapisan jaket yang melapisi badan. Bisa dibayangkan betapa crowded-nya suasana pada saat itu.
Sebagian besar pengendara maklum dengan kondisi tersebut namun sebagian lagi tidak. Bunyi klakson menderu-deru disekitar telinga dan menganggu pengendara lainnya yang menahan kesabarannya juga ikut terpancing akan suasana tersebut. Setelah melewati SMA Batik kami harus melewati pertigaan Rel Purwosari, tempat dimana kejadian yang sudah saya ceritakan sebelumnya.
Tidak ada tempat lagi yang bisa kami lalui selain jalan tersebut, kalaupun ada harus memutar lebih jauh. Di saat terjadinya kemacetan, sebagian besar pengendara berbelok kanan menghindari jalan Slamet Riyadi. Mengapa demikian, karena posisi jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama kota Solo sehingga sebagian besar pengendara memperdiksikan terjadi kemacetan yang lebih panjang dari ini.
Alternatif berbelok ke kanan karena tidak adanya lampu merah di jalan daerah Laweyan yang akan dilalui jika menempuh jalur tersebut.
Sesaat kami diam dan agak sedikit bingung pada saat itu, kanan atau lurus ? kalau kanan mungkin akan lebih cepat batin kami. Namun kami malah memutuskan untuk mengambil rute lurus melalui jalan Slamet Riyadi. Ternyata prediksi yang kami kira salah besar, Jalan Slamet Riyadi didapati volume kendaraan yang sedikit lebih kurang dibandingkan yang dibayangkan. Jalanan agak sedikit sepi, diluar dugaan.
Berbeda itu baik karena yang terbaik itu berbeda. Namun ketika berpikir berbeda itu juga dilakukan oleh sebagian besar orang dalam waktu yang sama. Hal demikian bukanlah berpikir berbeda lagi namanya. Mengambil tindakan untuk berbelok kanan untuk mengambil jalan pintas sebenarnya merupakan tindakan yang berbeda, namun tindakan yang berbeda tersebut juga dilakukan oleh sebagian besar orang. Disaat itu pula pikiran tersebut bukanlah sebagai suatu alternatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H