[caption id="attachment_354594" align="aligncenter" width="521" caption="ilustrasi : www.tuntunanshalat.com"][/caption]
Cerita ini saya ingat ketika saya masih kuliah semester akhir 2 tahun yang lalu. Saat itu saya dan teman-teman satu kelas melakukan traveling ke Pulau Karimun. Hiburan setelah beberapa tahun lamanya. Bukan cerita mengenai jalan-jalan yang ingin saya ceritakan melainkan satu kejadian yang tidak akan saya lupakan dalam mendirikan sholat. Waktu itu merupakan hari kedua saya di Pulau Karimun. Hari kedua adalah hari yang panjang melakukan aktivitas karena sejak pagi kami akan berkeliling ke spot-spot wisata. Kami dipecah menjadi beberapa kamar dan dalam 1 kamar diisi oleh 3-4 orang. Saya, Mas Weli, dan Mas Yusuf.
Sebagai seorang muslim, setiap harinya menjalankan aktivitas dimulai dengan sholat subuh. Karena sudah keletihan pada hari pertama saya agak telat bangun pagi. Pagi itu pula saya dibangunkan oleh Mas Weli, saya panggil mas karena Mas Weli 4 tahun lebih tua dibandingkan saya. Karena langit sudah sedikit terang maka saya terburu-buru dalam mengambil wudhu setelah itu saya melakukan sholat. Mas Weli adalah seorang katolik, dan Mas Weli pula tadi yang mengingatkan saya untuk sholat subuh. “Fik, bangun fik ayo sholat subuh dulu”ujarnya. Selesai saya sholat subuh pun mas Weli masih khusyuknya dalam beribadah.
===
“Dan tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,”
“dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”
“untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”
(Q.S Al Kafirun 4-6)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H