Marketing adalah salah satu cabang dalam ilmu manajemen. Selain marketing, cabang ilmu manajemen lainnya adalah keuangan dan perbankan, Sumber daya Manusia, Operasional dan Strategis (integrasi seluruh cabang manajemen).
Dibandingkan dengan yang lain marketing mengalami perkembangan yang pesat. Terbukti dari perkembangan teori yang ada pada saat ini. Yang dahulunya, fokus kepada penjualan (selling) kini sudah merambah ke Relationship (hubungan). Yang dahulunya berbicara product (fisik), sekarang trennya berbicara tentang ide, gagasan dan orang.
Marketing juga berkloning dengan ilmu-ilmu lainnya. Psikomarketing (gabungan ilmu psikologi dan marketing), Political marketing (perpaduan marketing dan politik), Social marketing, physics marketing (dipelopori oleh  Prof Yohanes) dan masih banyak lagi. Sehingga membuat kita bingung harus mempelajari marketing dari mana??? Karena begitu banyaknya teori, konsep, variabel yang membicarakan marketing  (coba deh cari di google..)
Nah, disini saya coba membantu anda untuk memahami marketing dengan mudah.  Kotler & Kartajaya pernah mengatakan bahwa yang namanya marketing sebenarnya ada 9 elemen—yang terdiri atas 3 elemen strategi, 3 elemen taktik dan 3 elemen value-- dengan Positioning, Diferentiation, dan Brand (PDB).
Tiga elemen strategi adalah Segmentation, Targeting, dan Positioning (yang disingkat dengan sebutan STP), dengan Positioning sebagai intinya. Tiga elemen taktik adalah Differentiation,  Marketing-Mix (yang terkenal dengan 4P-nya: place, promotion, price, product) dan Selling (DMS). Dengan differentiation sebagai intinya. Terakhir, 3 elemen value adalah Brand, Service, Process (BSP), dengan brand sebagai intinya.
Mudahkan, guys???....ya tentu dong. Berterima kasihlah Anda pada bapak Kotler & Kartajaya. Yang membuat konsep marketing menjadi lebih sederhana. Dan 9 elemen diatas merupakan kerangka berpikir kita (framework) tentang marketing. Â So, semua teori-teori/ konsep-konsep marketing yang ada sekarang, pasti ujung-ujungnya akan kembali pada 9 elemen diatas. Walaupun pada akhirnya teori tetaplah teori. Teori bisa dibantahkan jikalau datang fakta yang lebih teruji validitas dan reabilitas (ilmiahnya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H