Mohon tunggu...
Taufik Akbar
Taufik Akbar Mohon Tunggu... -

Alumni FEUNP,Mahasiswa Pascasarjana FEUI,Perantau asli minang, Minat dibidang :marketing research, political marketing, entrepenuership, showbiz,brand, consumer behavior, cause-related marketing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hedonisme dan Utilitarianisme

10 September 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40 5665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Ada diskusi yang menarik di kelas kemarin. Temanya terkait dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk. Ada dua perilaku yangada dalam konsumen dalam keputusannya memilih produk. Pertama, hedonisme. Kedua, Utilitarianisme.

Hedonisme . Kata hedonisme diambil dari BahasaYunaniἡδονισμόςhēdonismosdari akar kataἡδονήhēdonē, artinya "kesenangan". Hedonismeadalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.[1]Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Utilitarianisme. Utilitarianismeberasal dari kataLatinutilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.[1]Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).[2]Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan olehJeremy Bentham[3]dan muridnya,John Stuart Mill.[2][4]

Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan.[1][5]Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.[1]Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.[1]

(sumber wikipedia)

Kedua perilaku ini selalu ada di setiap konsumen.Baik secara terpisah maupun secara bersamaan. Sudah menjadi rahasia umum, perilaku hedonisme dan utilitarianisme dimanfaatkan para produsen (pemasar) untuk meningkatkan laba perusahaannya.

Menurut riset pemasaran dunia, konsumen indonesia adalah konsumen yang memiliki kecenderungan hedonisme yang tinggi. Hal itu dilihat dari perkembangan produk yang dinamis, rasa sosial , dan tingkat gengsi yang tinggi pula.

Contoh kasus terbaru terkait hedonisme yaitu peluncuran Blackberry terbaru oleh RIM yang memakan korban. Para calon pembeli rela antri hanya untuk mendapatkan benda yang satu ini. Padahal yang antri itu orang kaya dan memegang blackberry juga (versi lama). Apa yang mereka cari?? Mereka mencari gengsi. Kalau gak punya “apa kata dunia?”.

Ada juga contoh yang menarik. Pembandingan pola konsumsi masyarakat di malaysia dan indonesia. Kalau Anda sempat berkunjung di Malaysia. Anda akan melihat bahwa sepeda motor yang di malaysia adalah jenis motor honda astrea yang model tahun 1980-an (utilitirianisme).

Bandingkan dengan sepeda motor yang dijual di indonesia. Anda akan melihat bahwa banyak varian sepeda motor. Ada vario, beat, supra dll. Itu juga dibedakan dengan bentuk stiping dan warna yang bermacam macam (hedonisme).

Makanya tak heran, kalau Indonesia dikenal dengan “surganya para pemasar/produsen”. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 240 juta dan budaya konsumsi yang menggurita menjadikan lahan untuk mengeruk laba sebanyak mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun