Pendampingan teknis dan pengawasan rumpon memerlukan tenaga ahli, baik untuk mendesain rumpon maupun untuk mengajarkan teknik pemasangan kepada nelayan. Namun, jumlah tenaga ahli yang tersedia sering kali terbatas.
Dampaknya:
- Proses pelatihan teknis menjadi lambat dan membutuhkan waktu lebih lama.
- Pemeliharaan rumpon di lapangan tidak selalu optimal karena kurangnya pengawasan.
Solusi:
- Melibatkan lebih banyak tenaga ahli lokal, seperti dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, untuk mendukung pelatihan.
- Melatih nelayan senior sebagai mentor bagi komunitas mereka, sehingga transfer pengetahuan dapat berjalan lebih cepat.
5. Biaya Operasional yang Tidak Selalu Memadai
Meskipun Rumpon+ dirancang sebagai alat yang ekonomis, pelaksanaan program secara keseluruhan tetap memerlukan biaya untuk bahan, pelatihan, pengawasan, dan logistik. Seringkali, keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam skala program yang lebih luas.
Dampaknya:
- Jumlah rumpon yang dapat dipasang menjadi terbatas.
- Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi jangka panjang terkendala.
Solusi:
- Menggalang kemitraan dengan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah daerah, LSM, dan sektor swasta, untuk mendukung pendanaan.
- Mengoptimalkan efisiensi biaya dengan menggunakan sumber daya lokal yang tersedia.
6. Risiko Perusakan oleh Faktor Eksternal
Selain cuaca, faktor lain seperti aktivitas manusia juga bisa merusak rumpon. Ada kemungkinan alat ini terjebak dalam jaring nelayan lain atau rusak akibat kegiatan penangkapan yang tidak terkontrol.
Dampaknya:
- Rumpon menjadi tidak berfungsi optimal.
- Dibutuhkan biaya tambahan untuk perbaikan atau penggantian alat.
Solusi:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga rumpon sebagai bagian dari ekosistem bersama.
- Melibatkan kelompok pengawas dari masyarakat lokal untuk memantau penggunaan rumpon secara berkala.
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini, program Rumpon+ memiliki peluang besar untuk memberikan dampak positif jangka panjang. Kolaborasi yang erat antara nelayan, koperasi nelayan Mitra Utama Bahhari, akademisi, pemerintah, dan organisasi NGO adalah kunci keberhasilan yang dapat memastikan bahwa inovasi ini benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan lingkungan.