Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Freelance Berdaulat

*Pejalan yang membutuhkan Energi Langit* Penyuka bacaan: #Antropologi, #Sosiologi, #Poetri, #Sejarah, #Ekonomi, #sosialbudaya #kebijakan #kearifanlokal

Selanjutnya

Tutup

Trip

Masjid Asal Blangkejeren, Saksi Bisu Peradaban Islam di Aceh

10 November 2024   22:49 Diperbarui: 5 Februari 2025   11:56 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Asal  Blangkejeren tampak dari Depan (Dok:pribadi)

Kalau bicara soal wisata halal di Aceh, pasti yang terlintas di benak adalah masjid-masjid bersejarahnya yang megah dan penuh cerita. Salah satunya adalah Masjid Asal Blangkejeren, yang konon sudah berdiri sejak abad ke-17. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga saksi bisu perjalanan Islam di tanah Gayo. Arsitekturnya sederhana, tapi auranya begitu kuat, seolah membawa kita kembali ke masa lalu, ke zaman ketika para ulama dan pejuang Islam mengukir sejarah di tanah Rencong ini.

Pernahkah Anda merasakan sebuah tempat yang begitu syahdu, seolah berbisik halus membawa kita melintasi lorong waktu? Begitulah yang saya rasakan saat menginjakkan kaki di Masjid Asal Panampaan, sebuah tempat ibadah yang telah berdiri kokoh selama delapan abad di Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues.

Masjid yang berada di tepi sungai Blah Penampaan ini, menjadi bukti nyata dari kuatnya nilai-nilai Islam di Aceh sejak dahulu kala.

Sejarah dan Makna di Balik Nama Masjid Asal

Masjid Asal tampak dari belakang (Dok: pribadi)
Masjid Asal tampak dari belakang (Dok: pribadi)

Masjid ini dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Masjid Asal. "Asal" bukanlah sekadar nama, tapi sebuah penanda yang mengingatkan kita bahwa masjid ini adalah bangunan ibadah pertama yang berdiri di wilayah Gayo Lues dan Aceh Tenggara.

Sebutan Panampaan yang disematkan, mungkin berasal dari wilayah sekitar yang kala itu masih kosong dan minim bangunan. Keindahannya tak bisa diabaikan dari berbagai sudut dataran tinggi Gayo Lues, masjid ini berdiri megah, seolah memanggil siapa saja yang memandangnya untuk berkunjung dan beribadah.

Dulu, di ceritakan berapa banyak pun jamaah yang akan ikut shalat jum'at, pasti akan muat dalam masjid tua ini. Padahal masjid ini tergolong kecil.

Memasuki Jejak Sejarah dan Aura Keabadian

Mimbar masih orisinil (Dok:Pri)
Mimbar masih orisinil (Dok:Pri)

Saat saya mencoba masuk, pintu masjid asli yang ada di dalam bangunan masjid baru ternyata terkunci rapat. Seorang pengurus masjid datang membawa kunci, memberi akses kepada kami untuk menyaksikan keindahan yang terjaga dalam kesederhanaan bangunan kuno ini.

Menginjakkan kaki di dalam, terasa aura ketenangan yang mendalam. Saya sempat terhenyak: bagaimana sebuah bangunan yang berdiri sejak tahun 1412 Masehi masih begitu kokoh dan terus menjadi tempat bagi masyarakat setempat untuk beribadah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun