Pernahkah Anda merasakan sebuah tempat yang begitu syahdu, seolah berbisik halus membawa kita melintasi lorong waktu? Begitulah yang saya rasakan saat menginjakkan kaki di Masjid Asal Panampaan, sebuah tempat ibadah yang telah berdiri kokoh selama delapan abad di Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues.
Masjid yang berada di tepi sungai Blah Penampaan ini, menjadi bukti nyata dari kuatnya nilai-nilai Islam di Aceh sejak dahulu kala.
Sejarah dan Makna di Balik Nama Masjid Asal
Masjid ini dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Masjid Asal. "Asal" bukanlah sekadar nama, tapi sebuah penanda yang mengingatkan kita bahwa masjid ini adalah bangunan ibadah pertama yang berdiri di wilayah Gayo Lues dan Aceh Tenggara.
Sebutan Panampaan yang disematkan, mungkin berasal dari wilayah sekitar yang kala itu masih kosong dan minim bangunan. Keindahannya tak bisa diabaikan dari berbagai sudut dataran tinggi Gayo Lues, masjid ini berdiri megah, seolah memanggil siapa saja yang memandangnya untuk berkunjung dan beribadah.
Dulu, di ceritakan berapa banyak pun jamaah yang akan ikut shalat jum'at, pasti akan muat dalam masjid tua ini. Padahal masjid ini tergolong kecil.
Memasuki Jejak Sejarah dan Aura Keabadian
Saat saya mencoba masuk, pintu masjid asli yang ada di dalam bangunan masjid baru ternyata terkunci rapat. Seorang pengurus masjid datang membawa kunci, memberi akses kepada kami untuk menyaksikan keindahan yang terjaga dalam kesederhanaan bangunan kuno ini.
Menginjakkan kaki di dalam, terasa aura ketenangan yang mendalam. Saya sempat terhenyak: bagaimana sebuah bangunan yang berdiri sejak tahun 1412 Masehi masih begitu kokoh dan terus menjadi tempat bagi masyarakat setempat untuk beribadah?
Tidak ada banyak renovasi besar, hanya tambahan bangunan di sekitar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Namun, bangunan inti masjid tetap asli dan memancarkan kehangatan serta keteguhan iman.