Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Editor - Freelance Berdaulat

*Pejalan yang membutuhkan Energi Langit* Penyuka bacaan: #Antropologi, #Sosiologi, #Poetri, #Sejarah, #Ekonomi, #sosialbudaya #kebijakan #kearifanlokal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Ringkih

22 Oktober 2024   19:49 Diperbarui: 22 Oktober 2024   20:14 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta yang Ringkih

Selalu aku jatuh cinta,
di setiap mata terpejam,
cahaya yang ringkih mengintip,
menekuni hatiku yang retak.

Kesakitan ini, aku peluk dalam diam,
seperti kawan lama yang setia.
Menunggu cahaya itu datang,
menyapa hangat di dalam dada.

Jangan kau ambil tangis ini,
jika hanya ini yang tersisa darimu.
Biarkan air mata mengalir,
sebab dengannya, kutemukan dirimu.

Tangis ini, suara dari yang tak terucap,
sebuah percakapan yang tak pernah henti.
Jangan keringkan air mataku,
karena dengannya, aku bisa menatap-Mu lagi.

Di balik kesakitan, di balik duka,
di sana, kutemukan cinta yang abadi.
Cinta yang tak lekang, meski ringkih,
menari di antara retak dan luka.

Dalam air mata, aku membaca nama-Mu.
Dan dengan tangis ini, aku merindukan-Mu

Koetaradja, Oktober2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun