Di sudut terpencil Aceh, tepatnya di Desa Panton Luas Kecamatan Tapak Tuan, masyarakat hidup berdampingan dengan satwa liar bukan sekadar cerita lama, melainkan bagian dari keseharian di desa ini. Salah satu hewan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari alam desa ini adalah harimau.Â
Walau bagi banyak tempat lain, harimau dianggap sebagai ancaman, warga Panton Luas memiliki cara unik untuk menjaga keseimbangan dengan satwa predator ini. Mereka menjalankan sebuah tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, dikenal dengan sebutan "khanduri" tolak bala. Khanduri merupakan istilah dari bahasa aceh yang bermakna makan bersama sambil menjalin silaturahmi.
Tradisi khanduri tolak bala di Panton Luas adalah wujud ikhtiar spiritual masyarakat untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT. Pada momen penting tersebut , yakni Rabu terakhir di bulan Safar, yang juga dikenal sebagai Rabu Abeh, masyarakat berkumpul untuk melaksanakan ritual ini.Â
Mengapa bulan Safar? Menurut keyakinan setempat, bulan ini dianggap sebagai bulan penuh tantangan---bulan panas, banyak kesialan, dan kerap membawa bahaya. Oleh karena itu, tradisi ini menjadi momentum krusial bagi warga untuk memohon keselamatan dari segala bala dan bencana.
Namun yang membuat tradisi ini lebih istimewa di Panton Luas adalah khanduri ini juga mempersiapkan makanan untuk harimau. Harimau di desa ini tak hanya dipandang sebagai binatang liar, melainkan sebagai sesama makhluk hidup yang harus dihormati. Dalam pelaksanaan khanduri tolak bala, warga menyiapkan nasi putih dan telur ayam rebus di jalur yang sering dilintasi oleh harimau.
Bagi mereka, memberi makan harimau bukan hanya untuk menghindari konflik, tetapi juga sebagai simbol penghormatan kepada alam dan semua penghuninya. Dengan melakukan ini, mereka berharap agar harimau tidak mengganggu kehidupan warga, serta sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Kearifan lokal khanduri tolak bala ini di pimpin oleh Pawang Harimau untuk menyajikan makanan di lintas harimau. Tradisi tolak bala di Panton Luas menjadi bukti nyata bahwa harmoni antara manusia dan alam bukan sekadar konsep, melainkan sesuatu yang bisa dirawat melalui praktik nyata, menghormati setiap makhluk, dan memahami bahwa kita semua adalah bagian dari satu ekosistem yang saling terhubung. (Sumber&Dok:KSM Rimueng Aulia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H