[caption id="attachment_315216" align="aligncenter" width="531" caption="doc. PPBU Nasional Dikti"][/caption] Tiga hari yang lalu saya dikejutkan dengan sebuah postingan di grup facebook penerima Beasiswa Unggulan (BU) Dikti. Postingan tersebut berupa cerita pengalaman dari teman-teman penerima BU 2011 yang ditempatkan mengajar di Universitas Cendrawasih (UNCEN), Jayapura, Irian Jaya. Sungguh sebuah cerita yang harus menjadi perhatian bagi para pejabat pengelola BU Dikti. Di postingan tersebut mereka menceritakan bagaimana kondisi hidup keseharian mereka yang diliputi kecemasan tiap harinya dalam menjalankan tugas mereka sebagai dosen. Pada awalnya, jumlah penerima BU yang ditempatkan di UNCEN sebagai dosen magang berjumlah 19 orang. Kemudian berubah menjadi 33 orang yang ditempatkan, lalu pada akhirnya surat keputusan menyatakan jumlah yang akan ditempatkan disana berumlah 9 orang. Dan pada kenyataannya hanya 5 orang yang berangkat menunaikan pengabdiannya ke tanah Papua sana. Dihari pertama ketika tiba disana, mereka berlima (empat lelaki dan seorang perempuan) sudah ditodong sebanyak dua kali oleh orang setempat ketika sedang mencari kost-kostan. Syukur, mereka selamat dan akhirnya mendapatkan kamar kontrakan yang harganya ternyata sangat mahal untuk ukuran kamar seperti itu, 1 juta per bulan per kamar. Tidak hanya harga kamar yang fantastis, ternyata biaya makan disana pun sangat mahal. Dengan menu yang secukupnya, mereka harus merogoh uang Rp.40.000 hingga Rp.50.000 untuk sekali makan. Belum lagi uang transportasi pulang pergi dari kontrakan ke kampus yang menghabiskan biaya sebanyak Rp. 30.000. Yang paling mencekam adalah manakala mereka melihat pembantaian tiga polisi pendatang yang lehernya ditikam diatas mobil patrolinya sendiri. Pemandangan itu mereka temukan ketika mereka berangkat menuju kampus. Tidak banyak memang orang yang bersedia ditempatkan disana (UNCEN). Terbukti dari 33 orang penempatan, ternyata hanya 5 orang yang bersedia berangkat dan menunaikan pengabdiannya disana. Mereka bersedia meninggalkan anak istri di daerah asalnya untuk menyelesaikan tugas dari negara. Doa dan kebanggaan terhaturkan untuk teman-teman yang bertugas disana. Semoga keberanian dan ketulusan dalam menunaikan pengabdian diganjar dengan balasan yang baik di dunia saat ini dan nantinya kelak. Untuk kompasianer yang membaca, saya pribadi mohon doa untuk kebaikan teman-teman yang saat ini menjalankan pengabdiaan, khususnya di UNCEN Jayapura. Kebetulan di Ambon ini saya tinggal bersebelahan dengan pensiunan anggota TNI asli dari Sorong, dan beliau juga kebetulan pernah lama ditempatkan di daerah Jayapura. Setelah teman saya bercerita tentang kisah tersebut kepadanya. Beliau mengiyakan bahwa daerah Jayapura, khususnya di UNCEN, apalagi di Jayawijaya memang masih menjadi basis operasi dari OPM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H