Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pelajaran dari Tukang Balon di Masjid

16 Februari 2014   13:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322887" align="aligncenter" width="321" caption="Ilustrasi: alviomaya.blogspot.com"][/caption] Jumat kemarin saya menunaikan ibadah Sholat Jumat di masjid depan kampus Unpatti. Siang itu matahari sedang terik teriknya bersinar di tengah-tengah Kota Ambon, maklum karena sehari sebelumnya Kota Ambon diguyur hujan deras dari subuh hingga maghrib. Nah, hari ini, gantian!hehe Satu jam sebelum adzan, saya segera berangkat ke masjid, karena sekalian mau makan siang dulu sebelum sholat. Soalnya khawatir nanti pas sholat malah yang keingetan adalah nasi ikan khas Ambon dan telur asinnya,,hehe. Setelah makan siang saya bersegera menuju ke masjid. Jemaah di masjid belum ramai pada waktu itu. Setelah mengambil wudhu, seseorang bertanya kepada saya dimana letak toilet masjid. Tampilannya lusuh, kaos kusam basah penuh keringat, celana jeans lusuh, bertopi, wajahnya basah dan tampak sangat kelelahan, sambil membawa puluhan balon yang berbentuk boneka. "emm, disana pak" kataku sambil menunjuk arah toilet. "terima kasih bu*" balasnya. Saya pun masuk ke ruang utama masjid, dan mengambil tempat di bagian tengah dekat jendela. Banyak jemaah memilih untuk duduk di bagian shaff belakang, entah kenapa, padahal bagian depan masih sangat lega, hanya sekitar 2 sampai 4 orang yang baru mengisinya. Beres sholat sunnah dua rakaat, saya membuka Al-Quran yang ada di handphone, dan membacanya. Selesai membaca Al-Quran, saya melanjutkan dengan berdzikir. Ditengah dzikir tersebut saya mencium wangi-wangian yang begitu harum, seperti harumnya minyak-minyak wangi khas Arab, tapi yang ini wanginya tidak terlalu mencolok di hidung. Bisa saya katakan, wanginya adalah perpaduan antara perfum Arab dengan pengharum ruangan. Saya menyadari bahwa harum tadi berasal dari seseorang yang baru saja melewati saya dan melaksanakan sholat sunnah satu shaff di depan saya. Setelah diperhatikan wajahnya, saya mengenal orang ini, dia adalah tukang balon yang tadi bertanya letak toilet masjid kepada saya. Hampir pangling saya waktu itu. Dandanannya kini berubah drastis. Yang tadinya kaos lusuh yang basah berkeringat, kini berganti dengan baju koko berwarna biru yang bagus. Topi putih berdebu itu kini berganti dengan peci putih polos yang bersih. Celana jeans lusuh kini berganti sarung berpola garis-garis bertuliskan 'Sarung Samarinda' di bagian bawahnya. Dan bau keringat terbakar matahari yang menyengat kini tiada lagi, berganti dengan harum dari perfum Arab yang wanginya mirip pengharum ruangan. Wajahnya kini menyejukkan, terselimutkan air wudhu yang menggantikan buliran-buliran keringat yang menempel di wajahnya disaat pertama kali bertemu tadi. Luar biasa, terkagum-kagum saya dibuatnya waktu itu. Seseorang yang berjualan balon keliling, yang mungkin kata orang lain pekerjaan rendahan dengan penghasilan rendah pula, tahu bagaimana cara menghormati tuhannya. Dia tau bagaimana menata diri antara bertemu dengan manusia dan bertemu dengan tuhan. Dia benar-benar tau cara menghormati tuhannya. Pemandangan itu mengusik pikiran saya, selama ini sering saya sholat (walaupun berjamaah) di masjid masih menggunakan kaos oblong atau jeans yang lusuh. Kadang pula dibeberapa kesempatan sholat subuh berjamaah di masjid, saya bahkan tidak mengganti baju yang baru saja dipakai tidur. Bahkan hampir tidak pernah saya menggunakan parfum ketika sholat berjamaah. Apa yang dilakukan oleh tukang balon tersebut adalah sepenuhnya sunnah Rasullullah SAW. Saya mengetahui itu dan belajar tentang itu, hanya saja sang tukang balon yang mengaplikasikannya. Malu? Ya, benar-benar malu. Ketika itu juga saya disadarkan oleh-Nya lewat sang tukang balon. Ambon, 16 Februari 2014. Senang sekali rasanya bisa nulis lagi di Kompasiana. :D Salam dan doa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun