Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Filsafat Ilmu dan Alasan Mengapa Harus S1, S2, dan S3

24 Januari 2014   20:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:30 2801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390570016672977309

[caption id="attachment_317984" align="aligncenter" width="525" caption="doc. widyasemua.blogspot.com"][/caption] Filsafat Ilmu merupakan substansi mata kuliah umum disetiap perguruan tinggi, selain dari mata kuliah utama dan khusus. Walaupun berbeda-beda namanya disetiap perguruan tinggi (misal: filsafat pendidikan untuk di LPTK). Tetapi tujuan mata kuliah ini sama, yaitu memberikan pengalaman belajar kepada para mahasiswanya tentang hakikat ilmu dalam kehidupan, ditinjau dari segi epistemologi, ontologi, dan aksiologi. Kalau berbicara tentang filsafat ilmu, agaknya kurang pas jika tidak menggunakan referensi dari karya Prof.Jujun S. Suriasumantri. Buku beliau yang berjudul 'Ilmu dalam Perspektif' dan 'Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer', menurut saya adalah sumber bacaan yang bisa dimengerti dengan cepat, walaupun penyampaian bahasanya sama seperti buku filsafat populer lainnya, rumit dan njelimet. :D Dalam kehidupan akademik di lingkungan perguruan tinggi, biasanya mata kuliah filsafat ini diberikan dengan bobot 2 SKS 'saja'. Biasanya dosen filsafat itu beliau-beliau yang usianya sudah diatas 40-an, mengingat mungkin untuk mengajarkan filsafat perlu figur-figur yang sudah bijaksana dengan usianya. Dan metode perkuliahannya tidak jauh dari ceramah dan tanya jawab, atau mungkin kalau dosennya sudah sepuh sekali, rata-rata 2SKS itu dihabiskan dengan ceramah tunggal. Wajar mungkin, kalau mata kuliah filsafat ilmu dianggap 'remeh' atau bahkan 'tidak penting' oleh beberapa kalangan mahasiswa. Karena selain penyampaiannya yang tidak menarik, terkadang para dosen filsafat ilmu memberikan materi yang terasa 'diawang-awang' dan sangat tidak bersentuhan dengan kehidupan nyata para mahasiswanya sebagai subjek perkuliahan. Sehingga sedari awal, para mahasiswa tidak pernah tau bagaimana manfaat nyata yang dapat mereka peroleh ketika benar-benar mempelajari filsafat ilmu. Filsafat adalah ilmu tentang kebajikan, begitulah definisinya. Filsafat mengajarkan kebajikan kepada manusia dalam menjalani hidup agar lebih terarah. 'Lho, kan kebajikan itu dipelajari selama hidup?', kalau sudah begitu buat apa ada mata kuliahnya?! Ya, memang, kebijakan dipelajari selama seorang manusia itu hidup. Bukan dalam mata kuliah yang durasinya hanya 2SKS, 'lalu kenapa mata kuliah filsafat ilmu tetap dipertahankan?'. Kisah nyata... Saya punya seorang teman ketika kuliah di program pascasarjana yang dulunya dia adalah pengangguran setelah lulus SMA, karena dia memang tidak mau kuliah, dan memilih untuk bekerja saja. Selama satu tahun dia tidak sekolah dan hanya kerja serabutan, kadangkala malah kerja kasar di pasar, padahal keluarganya terbilang sangat mampu untuk menyekolahkannya hingga ke perguruan tinggi sekalipun. Tetapi dalam satu tahun tersebut, selain bekerja dia juga mendalami satu buku pemberian dari orangtuanya, yaitu Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer karya Prof.Jujun. Orangtuanya berkeinginan walaupun dia senang sekali bekerja, tetapi kewajiban belajar tetap terpatri padanya. Hasil interaksinya dengan buku tersebut ternyata berbuah hal yang luar biasa. Dari buku tersebut dia menemukan pencerahan bagaimana ilmu sebenarnya dapat membuat seseorang bermanfaat untuk orang banyak. Dia menemukan bahwa dalam eksistensi manusia dalam kehidupan haruslah didasarkan pada hakekatnya sebagai individu yang mengerti darimana asalnya, apa tujuannya, dan akan kemana mereka dimasa yang akan datang. Nah, ilmu itu sendiri adalah sebagai kompas yang bisa digunakan manusia tersebut dalam mengerti hakekatnya sebagai individu yang harus mengerti ketiga variabel tersebut. Akhirnya, setelah satu tahun, dia memustuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Selama berkuliah, teman saya ini menjadi seorang mahasiswa yang terbilang prestatif, baik dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Beasiswa dan penghargaan pun disabetnya selama berkuliah, sehingga meringankan beban orangtuanya dalam membiayai uang kuliah. Dan diakhir kelulusannya yang cumlaude, orangtuanya sangat bahagia manakala dia menjadi wisudawan terbaik, dan memberikan sambutan yang mewakili seluruh lulusan dalam upacara wisuda universitas. Filsafat ilmu mengubah cara pandang manusia tentang pendidikan... Tidak bisa memungkiri bahwa banyak orang tidak tau mengapa mereka melanjutkan studinya, ada yg karena hanya untuk ikut-ikutan, ada juga yg malu dengan lingkungan, dll alasan yang sekedarnya saja. Padahal kalau niat dari awal saja sudah tidak karuan, apalagi nanti ketika dalam proses menyelsaikan studinya. Karena melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi itu layaknya masuk ke kandang macan yang kelaparan, masuknya menegangkan, keluarnya pun susah. Bagi yang niatnya bagus dan memang punya tujuan dalam melanjutkan studinya, itu adalah kabar baik. Karena mereka sudah mengerti tentang hakekat filsafat ilmu, walaupun belum baca bukunya,,hehe. Ketika saya ditanya kenapa ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, saya langsung jawab saja, saya ingin jadi menteri pendidikan,,hehe. Dan untuk jadi seorang menteri yang menguasai sistem pendidikan, saya harus sekolah lebih tinggi, kalau perlu keluar negeri, itu kata saya. Ngelantur memang, tapi memang itu tujuannya. :) Dengan mengetahui bidang kajian filsafat (filsafat ilmu) yang mencakup epistemologi, ontologi, dan aksiologi, seseorang akan lebih bersemangat untuk terus belajar dan melanjutkan studinya. Ini dikarenakan filsafat ilmu tersebut memberikan gambaran yang komprehensif mengenai hakekat manusia sebagai animal educandum, bahasa kasarnya adalah hewan yang terdidik. Seseorang akan lebih memahami tentang peran dan fungsinya dimasyarakat dan menegaskan eksistensinya sebagai makhluk yang dapat berkontribusi dalam perkembangan kehidupan. Pendidikan memang mengubah cara pandang manusia, dan mempelajari filsafat ilmu adalah cara mengubah pandangan manusia terhadap kehidupan tersebut. Dengan belajar filsafat ilmu, seseorang akan menemukan semangat dalam bara api yang membara untuk mengejar ilmu sampai ke Negeri China, dan memberikan manfaat kepada orang banyak melalui ilmu pengetahuan yang sudah didapatnya. Semoga tetap semangat untuk belajar. Ambon, 24 Januari 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun