Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adab Dulu, Sebelum Ilmu

10 April 2016   07:09 Diperbarui: 10 April 2016   08:48 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: kidsgoals.com"][/caption]Hubungan antara Guru-Siswa, pada masa kini, bisa dikatakan sangat renggang. Perkara demi perkara bergulir ke publik, mengangkat permasalahan yang terjadi antara Guru dan Siswa. Kekerasan fisik dan seksual mendominasi. Membuat oranguta justru khawatir menitipkan putra-putrinya di sekolah.

Namun, bukan berarti, sekolah dalam hal ini menjadi tersangka utama, buruknya hubungan itu. Lembaga pendidikan tidak hanya sekolah, yang utama malah keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan lingkungan masyarakat (tetangga), sekolah, media, dan tempat ibadah. Kesemuanya bertanggung jawab atas perkara tersebut, yang para siswa kebanyakan menjadi korban.

Yang bisa dilihat disini adalah prioritas pengajaran. Hal yang didahulukan untuk dikuasai para siswa, dan menjadi modalnya untuk menjadi manusia seutuhnya. Apa modalnya? Adab yang baik. Modal untuk hidup sukses, adab yang baik. Kita yang berperan sebagai karyawan, dosen/guru, dan pelaku wirausaha, tentu setuju bahwa kerja yang sukses sangat ditentukan oleh adab yang baik.

Adab yang baik seperti saling menghormati, berperilaku sopan santun, dan mampu bekerja sama dalam kebaikan, adalah kunci sukses dalam hidup bermasyarakat. Pun sama untuk para siswa, mereka harus mampu menampilkan adab yang baik terlebih dulu, sebelum menuntut ilmu.

Perkara yang terjadi, yang beberapa kali melibatkan oknum guru sebagai pelakunya, tidak bisa dipandang sebelah mata dengan menghakimi guru sebagai pelaku utama. Bisa saja ada asap pasti ada api. Pemicunya bisa jadi malah siswa sendiri. Tidak menghormati, enggan berperilaku sopan, ataupun jarang berpenampilan baik, malah bisa menjadi pemicu perkara tersebut.

Mempelajari adab tidak mungkin dilakukan oleh siswa seorang diri. Belajar adab sangat perlu kehadiran role model. Mereka membutuhkan contoh untuk membentuk adab yang baik. Siapa lagi kalau bukan elemen lembaga pendidikan tadi, seperti orangtua, masyarakat, pemuka agama, guru, dan public figure pada media.

Anak harus dipesankan bahwa setiap bertemu dengan orang baru, tidak terkecuali itu teman sebaya, mereka harus "mempelajari adab orang tersebut terlebih dulu sebelum mempelajari ilmunya". Dengan membentuk adab, siswa lebih mudah berkonsentrasi dan belajar di lingkungannya. Dengan adab yang baik, tentu lingkungan sekitar pun akan sebaliknya berbuat baik padanya.

Foto-foto yang beredar, tentang kelakukan siswa-siswi sekolah yang membuat miris hati, tentu akumulasi dari ketiadaan role model yang mampu menampilkan adab yang baik. Televisi yang kini didominasi oleh tayangan gejolak syahwat dan pengumbar aurat, hingga kontak fisik yang destruktif, bukan lagi role model yang dapat dijadikan inspirasi.

Orang tua dan keluarga harus segera beralih, pindah dari budaya menonton menuju budaya membangun interaksi sosial. Waktu luang yang tersedia disela-sela sibuknya pekerjaan, sudah mesti dimanfaatkan untuk putra-putri. Meluangkan waktu untuk bersama, sheingga putra-putri memiliki role model yang patut mereka tiru. Karena kehilangan pedoman sama bahayanya seperti kehilangan mata angin di lautan.

Malang, 10 April 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun