Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seminar Tanpa Proceeding?! Kurang Laku!

26 Maret 2016   10:33 Diperbarui: 27 Maret 2016   13:07 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yang punya ilustrasi: www.youtube.com"][/caption]Dua pekan kebelakang beberapa mahasiswa dari himpunan intens berdikusi bersama saya tentang rencana mereka mengadakan seminar nasional. Hal yang pertama kali dibahas adalah langsung pada bentuk seminarnya, akan ada call for paper atau tidak?! Untuk mengobati kepenesaran mereka dari event seminar tahun kemarin yang belum sampai pada penyelenggaraan call for paper. Maka SEMNAS (Seminar Nasional) tahun ini mereka rencanakan akan mengadakan seminar nasional dan call for paper.

Niat mereka saya respon positif, saya anggap call for paper dan seminar paralel yang direncanakan akan menambah hegemoni seminar inti dengan kajian yang lebih mendalam dan empiris. Tentu peserta seminar pun nantinya bakal mendapatkan wawasan luas dari para peneliti secara nyata, dan harapannya hasil penelitian yang diseminarkan tidak hanya dipresentasikan, namun juga dilanjutkan dengan diseminasi di tempat-tempat yang strategis.

Kemudian, saya mendiskusikan ide para mahasiswa kepada beberapa rekan dosen di jurusan maupun fakultas. Saya, yang selaku dosen muda minim pengalaman (baru 7 bulan), dan jujur saja belum pernah mempublikasikan karya tulis ilmiah (jurnal, proceeding, ataupun conference) mendapatkan hal baru dari diskusi bersama dosen lainnya. Respon rekan-rekan ini ketika mendengar akan adanya call for paper di seminar tersebut kira-kira umumnya seperti ini "baguslah, harus ada call for paper, supaya banyak yang ikut!".

Waktu itu, saya belum terlalu paham korelasi yang menyeluruh antara keberadaan call for paper dan banyaknya peserta yang akan ikut. Namun, logikanya menurut saya, dengan adanya call for paper maka akan ada suatu forum dimana para peneliti bisa melakukan diseminasi hasil penelitiannya ataupun gagasan look forward/looking ahead kepada masyarakat. Sehingga penelitian yang dilakukan tidak hanya berakhir di meja pemberi dana hibah sebagai laporan pertanggungjawaban, namun akhirnya dapat berarti untuk meningkatkan hajat hidup manusia banyak.

Namun, jika saya memposisikan diri dengan sistem yang ada, sepintas di hati ada saja motivasi yang tidak semestinya untuk mengikuti seminar dan call for paper. Saya sendiri merenungkan kehidupan dan budaya akademik yang ada di lingkungan saya, terutama dari karakter pribadi. Dengan budaya akademik dan motivasi yang ada sekarang ini, dimana saya pun belum mampu membangun iklim akademik yang layak untuk saya dan para mahasiswa. Kiranya motivasi saya ikut mempublikasikan naskah di seminar-seminar nasional adalah hanya untuk mengejar KENAIKAN PANGKAT.

Melihat para mahasiswa yang datang ke kampus untuk kuliah ataupun berorganisasi, saya agak sangsi jika persentase pembicaraan diantara mereka adalah berkenaan dengan upaya memajukan bidang keilmuannya. Saat ini, lingkungan mahasiswa dihinggapi banyak faktor yang "menyesatkan" mereka dari orientasi sesungguhnya berkuliah, yaitu menjadi pribadi yang cakap karena berilmu.

Sungguh saya tidak menyalahkan para agen perubahan (agent of change) ini. Saya lebih menyalahkan tenaga akademik maupun non-akademik, terutama diri saya sendiri, yg belum mampu menciptakan waktu 1x24 jam dalam nuansa akademik. Ada yang salah dan harus segera diperbaiki dari keadaan ini, dan mungkin butuh waktu yang lama untuk menuju keadaan kampus yang kondusif sebagai "kampus peneliti".

Lihat saja perbandingan dunia industri dan dunia akademik. Trend dan isu tentang IPTEK justru banyak mengalir dari kondisi yang diciptakan industri, yaitu budaya berinovasi. Karena kita semua mengetahui, jika industri tanpa inovasi, berarti sudah merencakan untuk undur diri. Budaya ini layak untuk ditiru. Dimana kebutuhan benar-benar bisa terjawab oleh pengembangan yang dilakukan pelaku industri.

Pun sama dengan even call for paper tadi. Apakah iya jika even tersebut menarik minat banyak tenaga akademik untuk mendiseminasikan karyanya untuk kebermanfaatan? Ataukah even tadi untuk memuluskan jalan kenaikan pangkat? Ahh, yang ini tidak bisa saya simpulkan. Biarlah ini tetap menggatung pada niat pribadi, dan dinilai oleh Yang Maha Mengetahuinya. Namun, setidaknya niat tersebut dapat terlihat dari bagaimana keadaan iklim akademik diantara para mahasiswa, sepertinya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun