Saya baru mengenalnya bulan November 2013 lalu di Jakarta. Waktu itu kami bertemu di acara pembekalan penyebaran Dosen penerima Beasiswa Unggulan DIKTI Kemdikbud ke seluruh Indonesia, dan saya adalah salah satu pesertanya. Saya ditempatkan di Univ. Pattimura Ambon. Dia adalah seorang perempuan berusia kira-kira 27 tahun, dan beragama Kristen. Kebetulan dia orang asli Ambon yang ditempatkan juga di universitas yang sama dengan saya. Sedikit sekali waktu yang kami punya waktu itu untuk berbincang-bincang satu kelompok penempatan. Dalam satu kelompok penempatan di universitas tersebut ada empat orang asli ambon dan lima lainnya ada dari Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Disaat itu, dia bersedia membantu mencarikan tempat tinggal (kontrakan) kami sewaktu di Ambon, khususnya untuk kami berlima yang bukan orang asli sana. Saya ikut dalam pemberangkatan ke Ambon gelombang kedua tepat diakhir bulan Desember 2013, bersama satu orang teman dari kelompok kami. Tiba di Ambon, kami berdua disuguhkan dengan udara yang menyengat khas daerah pinggir pantai, tepat jam dua siang. Sudah beberapa hari kami kontak dengannya, mengkonfirmasikan tempat tinggal di Ambon. Dan sampai kami tiba pun sebenarnya, dia belum menemukan tempat yang pas. Hampir satu minggu dia habiskan untuk mencari tempat tinggal untuk kami. Walaupun belum dapat tempat tinggal, kami berdua putuskan untuk berangkat ke kota, karena sudah terlanjur datang. Kalau belum dapat, mungkin beberapa hari akan menginap di penginapan atau motel dekat kampus. Syukur, diperjalanan menuju ke kota, dia mengirimkan pesan, katanya dia sudah menemukan tempat yang pas untuk tinggal kami dengan harga yang hemat. Dan kami janjian untuk bertemu di lapangan merdeka, sekitar lima belas menit naik angkutan umum ke kontrakan nanti. Sekitar pukul tiga sore kami bertemu dengannya, dan langsung menuju kontrakan yang sudah dicarikan. Perjalanan lumayan lancar, walaupun daerah kota, ternyata tidak sepadat kota-kota pada umumnya. Kontrakan yang dicarikannya tergolong lengkap dengan fasilitas kamar mandi di dalam, padahal tidak mudah untuk mencari kamar kost dengan fasilitas kamar mandi, dengan harga yang hemat. Tapi selama satu minggu mencari, akhirnya dia mendapatkannya. Tidak hanya itu, kontrakan yang dia pilihkan juga dekat dengan jalan kota dan terdapat banyak sekali pilihan warung makan, dari yang murah hingga yang mahal. Ada warung makan padang, lesehan lamongan, gado-gado jogja, dan pilihan makanan lainnya. Pokoknya tidak susah untuk cari makan. Dan lagi, kontrakan yang kami tinggali ternyata dengan dengan masjid besar wilayah itu, paling cuma jalan kaki lima menit, sudah sampai masjid. Kata dia, "supaya tidak susah kalau mau sholat, apalagi sholat jumat." Kami berdua sebagai muslim di Kota Ambon, tentunya sangat tertolong dengan bantuan yang telah dia berikan. Padahal baru bertemu satu kali dengannya, tapi dia sudah memberikan bantuan yang begitu besar kepada kami. Dia tak ragu lagi untuk menolong, bahkan dia mencari sendiri kontrakan tersebut, tanpa bantuan teman-teman lainnya. Bersyukur sekali kami bisa bertemu dengannya di Jakarta lalu. Disaat kami tidak tau menau tentang Ambon, dia bersedia memberikan bantuan tanpa pamrih. [caption id="attachment_312936" align="aligncenter" width="375" caption="doc. pribadi"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H