Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Royalti Edukasi Dari Sang Menteri Dua Nabi

23 Januari 2014   06:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13904324891977002185

[caption id="attachment_317596" align="aligncenter" width="568" caption="doc. indonesiarayanews.com"][/caption] Kacaunya pelaksanaan Ujian Nasional 2013 di beberapa provinsi dinilai sebagai blunder besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan era kepemimpinan Prof.Dr.Ir.KH.Muhammad Nuh,DEA. Kasus ini hampir saja mendepak beliau dari kursi kepemimpinan kementerian yang mengurusi dana 20%APBN di negeri ini. Tuntutan masyarakat untuk melepas jabatan secara terhormat pun berdatangan kepada beliau, tapi entah baik atau tidak baik, saat ini jabatan sebagai Mendikbud masih menjadi status beliau. Setelah permohonan maaf yang tulus beliau ucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia dan kepada Presiden RI atas kacaunya pelaksanaan UN 2013, beliau lagi-lagi diterjang kritikan dan penolakan atas persetujuan lepas landasnya Kurikulum 2013. Ya, kalangan pendidik di negeri ini dengan tegas menolak pelaksanaan Kurikulum 2013. Berbagai media dan diskusi ramai-ramai mengungkapkan cacatnya Kurikulum 2013 dari segi perencanaan hingga sistem evaluasi kedepannya. Dari kedua kejadian tersebut, Pak Muhammad Nuh dinilai gagal dalam menjalankan amanat masyarakat untuk perbaikan mutu pendidikan di negeri ini. Belum lagi, wajah pendidikan negeri ini terus dicoreng oleh para siswanya sendiri, yang malah (ada) beramai-ramai justru bikin video mesum. Begitu banyak Pe eR yang harus dibereskan satu-satu oleh pendidik di negeri ini, baik masalah diatas maupun masalah dibawah. Tapi, ada kekurangan juga ada kelebihan tentunya. Pak Muhammad Nuh yang dikenal sebagai rektor temuda yang pernah dimiliki ITS (saat itu usia beliau 42 tahun), berhasil menggagas program Beasiswa Unggulan (tahun 2011, beasiswa dalam dan luar negeri) dan berlanjut dengan nama Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (mulai tahun 2012 hingga saat ini, beasiswa dalam dan luar negeri). Beasiswa yang dikelola oleh DIKTI tersebut berhasil memberikan dana hingga kurang lebih 6000 lulusan S1 dan S2 untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2011, jumlah penerima beasiswa sebesar 1077 mahasiswa, itupun untuk universitas dalam negeri, belum penerima beasiswa ke luar negeri. Besar beasiswa, diluar dana pendidikan, sebesar Rp. 1,8 juta/bulan untuk biaya hidup. Selanjutnya pada angkatan kedua, tahun 2012, penerima beasiswa tersebut meningkat menjadi 2301 mahasiswa, untuk beasiswa dalam negeri. Dengan tunjangan biaya kehidupan sebesar lebih dari Rp. 2 juta. Di tahun yang penuh polemik kemarin, yaitu tahun 2013, penerima beasiswa ini meningkat menjadi lebih dari 3000 mahasiswa. Dengan tunjangan hidup, diluar biaya pendidikan, lebih dari Rp. 3 juta. Itu artinya semakin tahun, kesempatan para sarjana untuk melanjutkan studinya di dalam negeri atau luar negeri semakin besar. Pembangunan kualitas manusia terbuka lebar melalui beasiswa ini. Selain itu, para penerima pun nantinya setelah menyelesaikan studinya, diwajibkan untuk melakukan Tri Dharma Pendidikan di perguruan tinggi penempatan yang ditunjuk Dikti, atau dapat juga mengaplikasikan ilmunya di daerah masing-masing. Bagi yang berminat, tentu harus segera menyiapkan persyaratannya. :) Begitulah, setidaknya salah satu prestasi Pak Muhammad Nuh selama menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tentunya kita sebagai Rakyat Indonesia yang mengharapkan dunia pendidikan semakin menghasilkan tenaga yang berjualitas, berharap program-program yang berpihak pada masyarakat (seperti beasiswa) terus menerus terbuka lebar dan merata keseluruh bagian di negeri ini. Salam dan terima kasih. Sumber data: http://studi.dikti.go.id/study/statistik/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun