Mohon tunggu...
Taufik Hasibuan
Taufik Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru Alif Alif

Guru Alif Alif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Transformatif 3 (Merdeka Belajar)

6 Maret 2020   11:05 Diperbarui: 6 Maret 2020   11:06 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka Belajar | Dok. pribadi

Menurut Para ahli ada hal yang penting kita perhatikan dalam menyampaikan nasihat.
a. Gaya bahasa yang memiliki sugesti terhadap perasaan dan hati
b. Gaya bahasa yang menantang argumen dan logis, sehingga pendengar tertantang untuk berpikir dan memahaminya.
c. Gaya bahasa yang mengandung arahan, bukan hujatan, cemeehan dan sikap apatis
Tentunya perlu juga diperhatikan metode penyampaian, agar audiens tertarik untuk memahami apa yang disampaikan. Hal ini Rasullah SAW juga telah memberikan contohnya. Namun akan kami ulas dalam tulisan berikutnya.

4. Mendidik dengan Perhatian/Pengawasan
Tujuan dari mendidik dengan perhatian dan pengawasan, diharapkan para orang Tua, para pendidik tidak hanya Transfer knowledg saja. Akan tetapi, mereka juga mengikuti perkembangan dan mengawasi akidah, akhlak, mental, dan sosial peserta didiknya. Senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan fisik dan intelektualnya. Sehingga peserta didik tidak merasa dibiarkan begitu saja, mereka merasa ada yang mengawasi didalam dan diluar proses belajar mengajar disekolah.

Islam mendorong para orang tua, pendidik menanamkan prinsip prinsip yang holistik ini. Agar mereka selalu memperhatikan anak anak mereka disetiap aspek kehidupan dan pendidikannya. Dengan demikian akan terwujud fondasi yang kokoh dan kuat. Sehingga terwujudkan apa yang dicita citakan oleh para Orang tua dan para pendidik tersebut.

5. Mendidik dengan Hukuman
Para ulama merangkum kedalam lima perkara, yang mereka sebut dengan dharuriyat al khomis (Lima hal yang primer). Hal ini mencakup prinsip prinsip yang holistik mengandung perkara perkara penting yang tidak mungkin manusia hidup tanpanya. Inilah yang disebut dengan hukum hukum syariat. Bertujuan untuk menjaga agama, jiwa, kehormatan, akal, harta.

Jadi, hukuman bukanlah berati sebuah kebencian dan kebiadaban. Namun hukum sesungguhnya adalah menjaga marwah dan peraturan agar tetap berjalan pada koridornya masing masing. Jika pendidikan tanpa hukuman, akan lahir kesewenang wenangan, kebebasan dan ketidak beraturan dalam tatanan kehidupan. Hal ini juga yang melahirkan "Hukum rimba", maka menurut para ahli metode hukuman yang sesuai dengan prosedur yang tepat akan mendidik anak anak memiliki etos kerja, semangat yang tinggi untuk mencapai cita citanya.

Demikianlah metode dan sarana yang paling efektif, yang telah di praktikan oleh orang orang terdahulu yang telah meraih kesuksesannya. Semoga ini bisa menginspirasi kita ditengah hilangnya karakter pendidikan kita. Sehingga kita perlu mereshecedul kembali karakter peserta didik kita. Menjadi fokus perhatian empat kebijakan Merdeka Belajar pemerintah saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun