Tentunya kehidupan tidak luput dari masalah, keluarga, asmara, kerja, bahkan dengan diri sendiri pun bisa bermasalah. hanya saja  kita mesti memahami masalah itu bukan di hindari tapi di selesaikan. cara penyelesaiannya pun beragam mulai dengan cara yang santun sampai dengan cara yang tak beradab.
cara yang ramah sampai dengan cara tidak sopan, cara cerdas dan cara bodoh, semua pasti ada jalannya. itulah sifat masalah, seperti penyakit pasti ada obatnya. jika belum sembuh bukan obat yang salah, si tukang obat yang belum dapat menemukan ramuannya.
Kalau pasien tak kunjung sembuh, harusnya si dokter cari cara lain. terkadang caranya benar jalannya salah, ahirnya penyakit tak sembuh sembuh, justeru menambah penyakit baru. dokter seperti ini bagusnya di amputasi. malpraktik namanya, dan dokter dokter seperti ini yang merusak dunia kesehatan.
Begitu juga dunia pendidikan, contoh kecil, banyak yang berusaha membuat soal bagaimana caranya agar siswa kebingungan menjawab soalnya, bagaimana caranya agar siswa tidak dapat menjawab soal. Padahal ujian dibuat untuk mengukur tingkat kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar mengajar yang sudah di laksanakan. sebaliknya ujian bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah. standar soal yang di buat standar guru, hasil yang di harap standar siswa, kan aneh!!
Penyakit disini bukan lagi pada siswa. tapi pada gurunya sendiri. guru seperti ini memang bagusnya di amputasi. takut ketularan pada guru guru yang lain. efeknya pendidikan tidak akan berhasil. alhasil waktu, tenaga, biaya hanya sia sia saja. kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab coba?
Belum lagi soal sarana prasarana yang tidak mendukung, tapi dipaksa untuk standar kelas AKREDITASI A. dari mana jalannya ilalang bisa tumbuh padi? dari mana jalannya tanaman tumbuh subur, di pupuk pun tidak? alamak borat do namarpantion!
karena manager mereka tidak bisa membaca ini. tidak bisa memanfaatkan SUMBERDAYA yang ada, terfokus pada satu arah, padahal mata angin ada delapan arahnya.
Jika di lirik lagi, tentunya natizah kita. siapa yang tidak senang dapat durian runtuh, orang sontoloyo sekalipun akan tersenyum sumringah. kalau dikasi durian runtuh, tak peduli sanggup. mampu atau kompeten. karena itu urusan belakangan.
nah, Â maka yang sontoloyo sesungguhnya adalah sebagai ujung tombak persoalan, pengelolaan dunia pendidikan. siapa dia?
jawab aja sendiri.