Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Seeking meaning and stories, for life is more than just scores 🎓

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

pandangan bimbingan dan konseling terhadap pendidikan seksual

19 Desember 2024   18:31 Diperbarui: 19 Desember 2024   18:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber Gambar media unram

Created By ALIEFTA FAUZIA K. MAMONTO, MISEL SULEMAN, JULIENY R. MANAN,  MURHIMA A. KAU

Kekerasan seksual merupakan hal yang fatal, bahkan membahayakan bagi generasi yang akan datang. Namun, kekerasan seksual sering kali disepelekan padahal hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Maka dari itu Bimbingan Konseling (BK) memiliki peran strategis dalam memberikan pendidikan seksual yang sesuai dengan usia dan perkembangan psikologis siswa. Melalui pandangan BK, pendidikan seksual diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi, hubungan antar gender, dan pengambilan keputusan yang sehat. Pentingnya Pendidikan Seksual dalam Konteks Pendidikan Formal Pendidikan seksual bukan hanya tentang memberikan informasi terkait anatomi atau hubungan seksual. Lebih dari itu, pendidikan seksual harus mencakup pemahaman tentang nilai-nilai, etika, hak, dan tanggung jawab dalam kehidupan seksual dan reproduksi. Di sinilah peran BK menjadi sangat vital, karena dapat membimbing siswa dengan cara yang sensitif dan menghormati nilai-nilai pribadi serta budaya.

Bimbingan Konseling adalah layanan bantuan yang diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiatan individual maupun kelompok untukmembantu para siswa dalam menjalani kehidupan dan mengembangkan potensi secara maksimal, serta membantu untuk menyelesaikan masalah pribadai yang dialaminya. Dalam hal ini, tentu bimbingan dan konseling memiliki peran untuk memberikan pendidikan sex menyeluruh kepada peserta didik, pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan pada kegiatan luar jaringan maupun dalam jaringan dengan memenuhi asas-asas konseling. Menurut Dewiani Purnama, dan Yusanti (2019), pendidikan sex dan kesehatan reproduksi baiknya sudah diimpelentasikan ole orang tua sejak dini. Anak-anak dibawah umur memiliki jiwa yang suci dan pemikiran yang polos sehingga tidak pengetahui batasan-batasaan yang seharusnya tidak dilakukan. Para orang tua pada realitasnya memiliki waktu yang minim untuk mendidik anak mereka, dikarenakan sibuknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Akibatnya, anak-anak usdia dini minim akan pengetahuan sex dan reproduksi, bahkan ada yang menjadi korban pelecehan dibawah umur.

Dalam Pendidikan Seksual Guru BK berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami konsep-konsep penting terkait seksualitas secara holistik. Mereka tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk bertanya dan berdiskusi tentang isu-isu yang membingungkan. Dalam hal ini, BK bertugas untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan tepat, sesuai dengan usia, dan disampaikan dengan cara yang tidak menghakimi. Untuk menghadapi Stigma dan Kesalahpahaman Pendidikan seksual sering kali dihadapkan dengan stigma negatif di kalangan orang tua, masyarakat, atau bahkan di dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Bimbingan Konseling memiliki peran untuk mengurangi stigma ini dengan memberikan edukasi yang berbasis pada data dan fakta yang akurat. Guru BK juga bisa menjadi mediator antara sekolah, orang tua, dan siswa untuk memastikan bahwa pendidikan seksual diterima dengan baik oleh semua pihak. Mempersiapkan Siswa Menghadapi Tantangan Sosial Seiring dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, anak-anak dan remaja semakin terpapar pada informasi yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang benar. Guru BK perlu mengarahkan siswa untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka terima dan bagaimana membuat keputusan yang tepat terkait hubungan dan perilaku seksual. Berikut ini adalah beberapa metode pelayanan konseling yangmemanfaatkan media atau kegiatan tertentu:

1. Layanan konsultasi via e-learning

Pelaksanaan layanan konseling dapat memanfaatkan kecanggihan internet berupa e-learning. Sri, Yeni,dan Dian (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) berhasil memperoleh hasil yang positif dari kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKM-S) yang memanfaatkan e-learning sebagai media konseling. Rangkaian kegiatan dimulai dari Sosialisasi komprehensif mengenai pelayanan pendidikan seks berbasis e-learning kepada guru BK. Kemudian dilaksanakan pelatihan pembuatan e-material kepada guru BK berupa PPT yang efektif, PDF, dan film pendek. Pelatihan dilanjutkan dengan pengelolaan e-material dalam website guru BK agar mudah diakses dan dipahami oleh siswa. Rangkaian kegiatan yang terakhir adalah pendampingan. Pada sesi ini, mitra memberikan penyuluhan kepada siswa berjumlah 75 anak. Mitra menjelaskan mengenai pengertian e-learning, pengertian pendidikan seks, dan bagaimana cara mengakses materi yang terdapat pada kelas guru BK di e-learning. Siswa juga dijelaskan bagaimana cara membuat akun untuk masuk ke e-learning sebagai siswa dan memberikan komentar berupa pertanyaan, opini, maupun sanggahan. Menurut Rahayu D, S, (2019) Layanan konsultasi pendidikan seks berbasis e-learning merupakan hal yang baru sebagai solusi apabila konsultasi tatap muka tidak dapat dilakukan. Selain mampu memberikan dampak yang positif, konsultasi berbasis e-learning merupakan pembelajaran yang sesuai dengan siswa generasi z yang identik dengan kemajuan teknologi.

2. Webinar sebagai bimbingan klasikal untuk pendidikan seksual

Pemanfaatan internet untuk pelayanan bimbingan konseling selanjutnya adalah dengan mengadakan webinar. Menurut Mansyur, A I, Purnamasari R, Kusuma R M (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) Webinar merupakan kata dari gabungan "web + seminar" yang berarti seminar secara daring. Irianti, Purnamasari, dan Murti (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) menjelaskan bahwa webinar pelayanan konseling pendidikan seks dapat menghadirkan nuansa baru pelaksanaan bimbingan klasikal. Menurut Fatimah (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) memaparkan bahwa bimbingan klasikal merupakan bagian yang memiliki pengaruh besar dalam layanan bimbingan dan konseling, serta memiliki keefisienan tinggi dalam menangani masalah rasio jumlah konseli dan konselor. Agar webinar terlaksana dengan lancar, diperlukan beberapa infrastruktur yang harus dimiliki oleh penyelenggara dan peserta, seperti komputer pribadi, koneksi internet, dan perangkat perangkat suara. Langkah untuk mengatur webinar dimulai dari penyelenggara, dalam hal ini konselor, untuk membuat sebuah platform di internet (Google Meet, Zoom, WebEx). Kemudian, konselor mengirim tautan link melalui email, postingan sosial media, maupun grup whatsapp sebagai pendaftaran. Informasi mendetail mengenai webinar dapat disediakan oleh konselor pada laman pendaftaran. Setelah berhasil mendaftar, peserta dapat melakukan konfirmasi kepada konselor untuk menerima tautan undangan webinar yang dilaksanakan pada waktu yang telah disepakati.

3. Layanan konseling kelompok

Menurut Siregar, U H (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) Konseling kelompok merupakan kegiatan pemberian bantuan konseling dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri dari masing -- masing anggota. Lingkungan konseling kelompok yang kondusif dapat memberikan kesempatan kepada anggota untuk saling bertukar pikiran, memberi dukungan, dan berbagi pengalaman. Secara umum, kegiatan konseling kelompok memiliki asas yang sama dengan konseling pribadi. Konseling kelompok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan menyediakan pengalaman nilai bagi setiap individu anggotanya yang menjadi bagian dari kelompok tersebut. Hasanah (dalam, Ahmad Z, M, B & Imrotul, H, E, 2021) telah menunjukkan hasil dari penelitian sebelumnya bahwa layanan konseling kelompok dalam penyampaian pendidikan seksual terbilang efektif dan efisien untuk siswa SMP. Beberapa hal yang menjadi komponen dalam konseling kelompok diantaranya adalah pemimpin kelompok (konselor), anggota konseling (siswa), jumlah kelompok (ideal tidak lebih dari 10 orang), homogenitas kelompok, sifat kelompok, dan waktu pelaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun