Ada yang bilang kalau segala sesuatu di dunia ini terjadi maka akan ada hikmahnya yang dapat diperoleh begitu pula dengan kekalahan Timnas Thomas Indonesia sore ini 2-3 atas Denmark.
Namun demikian marilah kita simak apa sih yang menyebabkan Indonesia kalah di final Piala Thomas barusan! Cekidot!
1. Tommy Sugiarto terlalu mengikuti gaya main Viktor Axelsen
Entah apa yang terjadi dengan penampilan Tommy tadi, melawan ABG berpipi besar - Tommy malah pesta pora dengan mengikuti gaya main Viktor. Pelatih kurang sigap menyisipkan pesan pamungkas pada Tommy yang habis akal menandingi pola main pemain muda Denmark itu. Sebenarnya Tommy bisa menang jika saja Tommy tahu kekuatannya dimana (tapi) sepertinya Tommy terprogram untuk menjalankan taktik pelatih yang telah disematkan sebelumnya. Harusnya Tommy harus bisa mengajak Viktor untuk bermain rally dan tidak sering mengangkat bola terlalu tinggi guna meredam serangan manja nan mematikan milik jemari lentik Viktor Axelsen. Tapi apalah daya, sudah gagal di set 1, pelatih masih saja di plan yang sama.
2. Jonatan Christie tidak diturunkan
Rasanya aneh, tiba-tiba Jonatan ditarik untuk tidak bermain. Padahal fans China ingin sekali melihat ketampanan Jojo terpampang nyata di laga final, eh malah tidak dimainkan. Terlihat di kamera Jojo malah jadi tim keprak keprok. Strategi apakah ini, hanya bisikan nurani saja yang bisa menjawabnya.
3. Ginting Anthony mengikuti jejak Tommy Sugiarto
Sudah tahu kalau main rally dan panjang-panjang Jan O Jorgensen sering mati sendiri, lihat napasnya Jorgensen jadi sesak dan mengulur-ulur waktu, ganti bola. Eh malah si Ginting kasih bola-bola enak ke Jan O Jorgensen. Alhasil terjadilah match rasa latihan-latihan manja bagi Jan O Jorgensen. Ginting bermain untuk dihajar Jan, bukan malah ingin mencari poin. Coba saja, Ginting bermain sabar dan memaksa Jan O Jorgensen untuk main rally dan berlama-lama di lapangan, maka bukan tidak mungkin dan saya yakini benaran akan membungkam pria bertato di seluruh tubuh itu.
4. Pelatih MS malah sibuk merhatikan arah angin
Jeda interval dan pergantian lapangan, pelatih MS malah sibuk bahas arah arah bola padahal bukan itu inti pokok masalahnya. Pemain sudah kewalahan hadapi pemain Denmark yang lagi latihan eh malah bahas arah angin (menang angin-kalah angin lah). Pemain tidak diberikan arahan bagaimana melumpuhkan lawan dengan menyerang kelemahan lawan dan memaksimalkan kelebihan sang atlet.
5. MS Indonesia kalah skill, kalah serangan dan kalah pengalaman
Begitulah gerangan kata sang Legendaris bulutangkis Indonesia yakni Rudy Hartono. Pemain MS muda Indonesia terlambat untuk menyerang, ungkap Juara All England 8 kali itu, seperti terungkap dalam wawancara live Metro TV. Seperti yang telah kita saksikan bersama, memang diakui pemain Indonesia kalah jauh dalam hal penyerangan ke Viktor, Jan atau kepada Hans. Kalaupun sudah banyak menyerang yang terjadi adalah kita sudah pada posisi terlambat dengan kata lain MS Indonesia masih jauh dari tips juara sejati ala Rudy Hartono yakni menyerang, menyerang dan menyerang lebih awal dan konsisten.
6. Ihsan Maulana Mustafa Main Seperti Tikus Disiram Air
Anda boleh searching penampilan Ihsan Maulana Mustafa di turnamen Thailand Open 2015 maka Anda akan tahu bagaimana perbedaan aksi dia dikomparasikan di turnamen ini. Ihsan Maulana Mustafa tampil sudah demam panggung dari awal bahkan ketika namanya dipanggil dari SPEAKER panitia. Wajah Ihsan Maulana Mustafa putih karena beban ada di pundaknya alhasil Ihsan bermain tidak lepas, tidak rileks dan tidak pada jatidirinya seperti di turnamen Thailand Open 2015 itu. Ihsan Maulana Mustafa mati-mati-mati-mati-mati ketika netting Guys, rasanya seperti wajah ditabok sama panci ketika melihat bola netting Ihsan Maulana Mustafa nyangkut di net sampai berulang kali seperti iklan obat cacing di TV. Ihsan Maulana Mustafa yang diingat beberapa kali meninggalkan luka di hati Badminton Lovers karena perkataannya yang menyakitkan seperti: "Mereka (BL) gak tahu badminton hed," dan "Gue gak minta doa elo..." kepada member BWF mungkin sedikit banyak menjadi efek gelombang yang didapatkan Ihsan hari ini. Meski Ihsan Maulana Mustafa tampil baik di SEA Games 2015 dan Kualifikasi Thomas 2016 India - dia masih belum apa-apa di pertandingan puncak tadi. Mental Ihsan Maulana Mustafa anjlok, main tidak lepas, smash sering keluar, kena net, mati langkah, netting gagal menyeretnya menjadi penentu kekalahan Indonesia.
Demikianlah hasil pegamatan saya yang sedari siang menonton di depan layar Fox Sport di rumah. Air mata saya mengalir ketika Hendra Setiawan hanya diberikan bunga dan boneka unyu-unyu dari panitia. Air mata selanjutnya meluncur ketika Presiden BWF menyerahkan Trofi Piala Thomas kepad Tim Denmark. Sebuah kesempatan emas telah hilang semoga ada hikmah dari ini semua dan kita berharap Indonesia bisa lebih baik lagi di Piala Thomas 2018.
Mari kita ucapkan selamat kepada Denmark yang selama 29 kali ikuti Piala Thomas akhirnya bisa juara di gelaran yang ke 29 ini.
Mohon maaf jika ada salah-salah kata!