Medan, 17 Desember 2024 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Taufik Prima berbagi kisah tentang perjalanan Pendidikan Sarjana yang sudah selesai.
Suatu bangsa, dapat bertahan salah satu sebabnya adalah banyaknya akademisi didalamnya, akademisi dipandang penting karena kemampuannya dalam melihat suatu persoalan yang komprehensif dan mengetahui baik ide, gagasan serta teknis pelaksanaan.
Taufik prima menceritakan bahwa perjalanan ia memulai pendidikan sarjana  adalah ketika keinginan orang tua yang tekad memberikan segalanya demi pendidikan sarjana dirinya dan impian yang dicita-citakan oleh orang tuanya. Kesempatan itu kemudian diambil, dengan jurusan yang ia yakini mampu diemban, yaitu jurusan Hukum pada tahun 2018 begitupun jurusan kesejahteraan sosial pada tahun 2020 yang juga ia ambil sebagai perjalanan double degree sebab keinginan ia pribadi.
Bagi Taufik bahwa belajar merupakan aktivitas yang ia senangi berkat kemampuannya dibidang sosial kemasyarakatan. Kemampuan itu terbangun sejak ia mulai ikut organisasi pelajar, yaitu OSIS pada Sekolah Menengah Kejuruan. Saat itu, OSIS membawa semuanya menjadi nikmat, dimana aktivitas rapat, diskusi, berdebat, mempengaruhi kawan dsb menjadi keseharian yang selalu ia lakukan. Termasuk juga mengasah kreatifitas dalam mengadakan kegiatan organisasi.
Taufik prima merupakan seorang anak yang terlahir bukan dari latar belakang keluarga aktivis, namun terbentuknya dunia aktivis didalamnya dipengaruhi lingkungan aktivitasnya. Baginya, aktivitas sosial membentuk dirinya mencari tahu ilmu , mecari tahu informasi dan mencari tahu realitas. Namun, baginya adalah bahwa realitas yang terjadi menjadi benar apabila dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang kredibel.
6 Tahun kurang lebih perjalanan menempuh pendidikan sarjana double degree menjadi catatan perjalanan kehidupan. Baginya segala sesuatu mempunyai makna. Lulusnya sarjana merupakan lahirnya tanggung jawab sosial baik bagi lingkungan terdekat maupun masyarakat secara luas. Harapannya, kelulusan itu diikrarkan demi kebaikan  kehidupan, tidak ada lagi dusta, penghianatan, pendzaliman dst.
Refleksi kelulusan wisuda harus menguatkan prinsip, bahwa ilmu harus tegak pada kebenaran. Sebab jika kebenaran tidak diperjuangkan, maka yang ada adalah kedzaliman, kesewenangan, pembodohan, dsb. Yang semua itu merupakan musuh bagi kita orang-orang yang terpelajar. Tutupnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H