Mohon tunggu...
Taufik Prima
Taufik Prima Mohon Tunggu... Politisi - -

Ingin menulis lebih banyak, bermanfaat bagi sekitar dan terus menebar kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Taufik Prima, Kalimat Menang Merayakan Kalah Menjelaskan Jangan Sampai Mendistorsi Esensi Pemilu

3 Desember 2024   12:34 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:45 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Deli Serdang, 03 Desember 2024. Anak Muda Deli Serdang, Taufik Prima mengulas Makna yang pasca Pemilu Trend di Media Sosial.

Pada sebuah kontestasi, tentu akhirnya semua berbicara tentang Menang dan Kalah. Sebab, proses kontestasi menghadirkan peserta sebagai kontestan yang satu sama lainnya berlomba-lomba untuk mencapai hasil yang maksimal. Dalam Pemilu misalnya, kontestan yang diatur sedemikian rupa oleh perundang-undangan, ia menghadirkan beberapa calon baik berasal dari partai politik maupun dari masyarakat berlomba-lomba meraih kemenangan.

Dalam Pemilu, hal akhir soal menang kalah adalah kepastian, namun didalamnya ada banyak proses yang dilalui setiap kontestan, proses itu yang dilalui oleh partai politik di masa pencalonan dan dilalui oleh KPU pada masa Penerimaan Calon dst.

Hari-hari ini kita sering melihat di kolom komentar media sosial seseorang yang bertuliskan, Menang Merayakan Kalah Menjelaskan. Sebuah kalimat yang barangkali tepat bagi orang yang calonnya menang namun membuat mawas bagi orang-orang yang mengalami kekalahan.

Esensi pemilu lagi-lagi bukan hanya soal menang kalah, bila kita mengulas makna kalimat Menang Merayakan Kalah Menjelaskan dan ditinjau dari sisi proses pemilihan, kalau kemudian pada proses pemilihan tidak terjadi apa-apa ( kecurangan ) dan dapat dibuktikan maka kalimat tersebut rasa-rasa nya menjawab persoalan. 

Namun apabila kalimat tersebut hadir disaat proses pemilihan ditemui kejanggalan (kecurangan) dan dapat dibuktikan, maka kalimat tersebut mendistorsi esensi yang suci dari cita-cita pemilu di negeri ini.

Harapan kedepan tentu kalimat ini agar ditempatkan dengan baik, kita harus mengedepankan proses yang baik, yang didalamnya terdapat transparansi, jujur dan adil yang semua itu merupakan esensi dari pemilu yang kita laksanakan pada hari ini. Maka ketika menilai pemilu hanya pada soal menang dan kalah, yang terjadi adalah kalimat Menang Merayakan Kalah menjelaskan dan sungguh itu tidak produktif bagi hasil Pemilu di Negeri ini.

Ajang pemilu setiap 5 tahunan sekali menuai petikan pembelajaran, tentu siapapun kita menginginkan setiap perjalanan kenegaraan harus dengan mekanisme hukum, agar akhir dari perjalanan kenegaraan merupakan akhir yang baik dan dapat diterima oleh semua pihak.

 Terkhusus belajar tentang Nilai, bahwa tidak semua dapat dihitung dengan kemenangan, ada Nilai dan Moral yang harus dijaga, bahwa kejujuran, kebiasaan baik, dan mekanisme yang berjalan sesuai hukum berlaku lebih penting sebagai sebuah idealitas dalam berdemokrasi dan bernegara di republik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun