Mohon tunggu...
Muhamad TaufikHidayat
Muhamad TaufikHidayat Mohon Tunggu... Teknisi - teknisi/mahasiswa

hobi main

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Haji Agus Salim sang ''Grand Old Man"

2 Juli 2024   21:00 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjhoedoelhaq Salim merupakan nama lahir dari seorang tokoh pahlawan yang biasa dikenal dengan Haji Agus Salim lahir pada 8 Oktober 1884 di Desa Koto Gadang, Bukittinggi. Nama Masjhoedoelhaq Salim memiliki arti “pembela kebenaran” dan berubah pada masa kecilnya menjadi Agus Salim. Lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya, Sutan Mohammad Salim, adalah seorang jaksa dan hakim kolonial di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Sewaktu kecil, Agus Salim mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), selain karena dia anak yang cerdas. Dalam usia muda, dia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Pada 1903 dia lulus HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas 5 tahun pada usia 19 tahun dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

memilih bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri, Riau. Pada 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda.

Ia masuk dalam pergerakan nasional lewat Sarekat Islam setelah mengenal Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto, kemudian masuk dalam Jong Islamieten Bond, dan Gerakan Penyadar. Karena menyadari betapa pentingnya menyebarkan pemikirannya kepada massa, Agus Salim juga menjalankan profesinya sebagai jurnalis ia menjadi redaktur Nerajta.

Perjuangan Agus Salim berlanjut. Demi kepentingan rakyat, ia masuk Volksraad (Dewan rakyat bentukan Belanda) dari 1921-1924. Sejak itu Volkstraad semakin tidak kooperatif dengan pemerintahan Hindia Belanda.

Sebagai anggota Volksraad, Haji Agus Salim menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia dan mengkritisi kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Ia juga aktif dalam organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Sarekat Islam dan Partai Indonesia Raya. Melalui jalur diplomasi, Haji Agus Salim berupaya untuk mendapatkan dukungan internasional bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia menghadiri berbagai konferensi internasional dan berpidato untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia.

Haji Agus Salim menggunakan diplomasi sebagai salah satu cara untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia menghadiri berbagai konferensi internasional dan berpidato untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia. Salah satu contohnya adalah Konferensi Meja Bundar, di mana Haji Agus Salim menjadi salah satu delegasi Indonesia yang berunding dengan pihak Belanda.

Pada 14 Agustus 1945, Agus Salim ditunjuk sebagai delegasi Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB  di Lake Succses, New York. Dalam siding ini Agus Salim dan tim delegasi Indonesia mengungkapkan data dan fakta peristiwa Agresi Militer Belanda I.

Berkat pidato dari Agus Salim dan tim delegasi Indonesia berhasil mendapatkan dukungan dari mayoritas peserta siding PBB terkait permasalahan Agresi Militer Belanda I

Agus Salim adalah pejuang kemerdekaan yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 27 Desember 1961, melalui Keppres Nomor 657 tahun 1961. Semasa hidup, ia dikenal sebagai seorang politikus, jurnalis, dan diplomat dengan julukan "The Grand Old Man". Agus Salim dijuluki "The Grand Old Man", karena prestasinya di bidang diplomasi dan kefasihannya dalam berbahasa asing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun