Mohon tunggu...
Taufik Rahman
Taufik Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya bukanlah yg terbaik didunia ini, tapi saya tidak yakin ada yg lebih baik dari saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nilai dan Sebuah Kegelisahan: Bank Sampah, Kini dan Esok

21 Agustus 2015   21:26 Diperbarui: 21 Agustus 2015   21:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai dan Sebuah Kegelisahan: Bank Sampah, Kini dan Esok

Oleh: Taufik Rahman

            “Setahunya, tikus dan hamster hutan bertahan hidup pada musim dingin di antara pepohonan perdu dan berlindung dibawahlapisan salju yang lembut dipegunungan. Namun, ketika lapisan salju lembut itu tidak ada lagi –mereka jadi sulit untuk bertahan hidup.”

-Dunia Anna

“Ketidaksadaran manusia sebagai makhluk semesta juga membuat eksploitor-eksploitor itu rela membayar mahal kepada pejabat-pejabat suatu daerah untuk mengeruk hasil alamnya. Bayaran itu bukan untuk memperbaiki alam ataupun mengatasi kemeskinan tapi bayaran itu digunakan untuk melanggengkan kekuasaan pada pemilu selanjutnya, mereka Tidak peduli terhadap lingkungan, tidak peduli akan dampak jangka panjang dan mereka akan terus mengeruk, mengeruk dan mengeruk.”

-Taufik Rahman

 

Berbagai penelitian tentang lingkungan dan iklim telah banyak dilakukan oleh ilmuan masa kini. Hasilnya menunjukan fakta sederhana, yaitu manusia telah melakukan hal-hal yang merusak sendiri tempat tinggalnya, manusia telah menggerakan kehidupan kearah kepunahan bersama –termasuk dirinya sendiri.

Fakta sederhana diatas telah banyak disadari oleh setiap orang, bahwa bumi pada tahun 2015 bukan lagi bumi sebelum revolusi industri –dan bumi pada tahun 2100 nanti bukan lagi bumi dihari ini –jikalau masih bertahan dari kerusakan lingkungan.

Seperti yang saya tulis pada beberapa artikel sebelumnya bahwa menjaga bumi dari kerusakan merupakan salah misi kemanusiaan sebagai makhluk semesta, sama seperti rasa lapar yang dimiliki oleh seseorang, dia bukan milik agama kristen, islam, yahudi ataupun agama lainnya. oleh karena itulah konsep ini berlaku untuk semua orang.

Ada banyak cara bagi manusia untuk menyelamatkan lingkungannya. Cara itu tergantung dimana iya berada, bagaimana tingkat pendidikannya, kapan iya ada, dan bagaimana kondisi lingkungan tempatnya tinggal. Cara-cara itu hanyalah manifestasi dari sebuah perasaan dalam batin, cara itu bukanlah hal yang patut untuk dibahas ataupun dikrtisi satu sama lain, karena tujuannya sama: untuk menyelamatkan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun