“Catatan untuk tulisan Christianto Wibisono Tentang ILC“
Fenomena Ahok menuju DKI 1 menarik perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk kami yang bukan warga Jakarta, para tokoh masyarakat, politikus, ahli hukum , pengamat sosial, pengamat ekonomi dan lainnya, saling memberikan pendapat menjadi panggung baru atensi public, Ahok menyita perhatian Indonesia. Obrolan dan diskusi tentang Ahok tidak hanya hadir di media-media main stream baik cetak maupun Televisi namun juga di Media Sosial.
Beberapa hari ini saya mengikuti obrolan di Media sosial tentang calon Jakarta 1 Ahok, dari berbagai catatan itu ada satu yang menggannggu atau menggelitik saya yakni catatan Christianto Wibisono, sebagai anak bangsa yang ingin memajukan negeri ini dan mewujudkan keadilan serta demokrasi saya juga setuju bahwa kita perlu mendapatkan para pemimpin terbaik sesuai tuntunan trend dan situasi, namun dalam komentar tertulis yang dibuat Christianto Wibisono, Balada ”THE LONE RANGER AHOK” ada catatan yang membuat saya tergerak untuk memberikan tanggapan, khususnya tentang ILC TVONE. Betapa Ahok begitu luar biasanya melakukan segala hal merobek- robek berbagai tradisi dengan menempatkan beberapa tokoh dan lembaga sebagai tokoh antagonis ( Megawati, PDIP dan lainya ) termasuk tayangan ILC di TVONE, saya hormati Bung Christianto Wibisono dengan sikap dan pembelaannya pada Ahok itu sah-sah saja, apalagi sebagai bukan warga Jakarta saya tidak terlibat langsung sebagai pemilih pada pilkada 2017 nanti, namun sebagai pencinta ILC saya tergerak untuk memberikan catatan :
1. Media dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi, baik media cetak, televisi dan lainnya, saat ini media juga menjadi pilar ke lima demokrasi untuk itu media perlu menjalankan perannya secara optimal demi mewujudkan demokrasi, termasuk proses mendapatkan pemimpin secara demokrasi, peran ini dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku yakni Regulasi dan etika.
2. Sejak kehadirannya beberapa tahun yang lalu tayangan ILC sudah menjadi tayangan favorit sebagian masyarakat Indonesia bukan karena pertunjukan-pertunjukan entertaimennya tapi karena bobot diskusi, kualitas narasumber dan tema-temanya merupakan issu-issu penting nasional. Kebesaran dan Kesuksesan tayangan ini terbukti dari pengakuan-pengakuan yang diperolehnya antara lain Panasonic Award ( penghargaan tertinggi untuk tayangan televisi nasional ), KPI award yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia juga beberapa penghargaan lain.
3. Program ini tidak hanya sebagai tayangan talk show tetapi juga menjadi suatu tontonan edukasi baik hukum maupun sosial politik dan ekonomi, karena kasus-kasus yang sedang terjadi di negeri tercinta dibedah secara detail dengan rujukan-rujukan hukum dan akademis, oleh para pakar dan tokoh terbaik. Program tayangan ini juga tumbuh mewujud menjadi tayangan Prestise dan kredibel, ini bukan saja karena topik, nara sumber dan tokoh yang hadir juga karena menjadi tempat menyampaikan hal-hal khusus yang perlu diketahui publik.
Dalam beberapa episodenya bahkan narasumber dan pembicara menyampaikan informasi dan data yang belum pernah dikeluarkan di manapun termasuk pada penegak hukum, sebagai contoh pada salah satu episodenya tentang misteri Kematian Jessica, ayah kandung almarhum Jessica menyampaikan informasi yang sangat pribadi dan belum pernah disampaikan pada media dan kesempatan lain tetapi hanya di tayangan ILC, ini hanya terjadi karena ILC dianggap kredibel dan mampu menjadi pembawa keadilan dan kebenaran, sehingga pada tayangan ini mereka membuka hal-hal khusus, juga beberapa episode lain yang menyajikan fakta dan argumentasi menarik bagi pemirsa.
4. Keberadaan media Televisi saat ini sudah sangat berbeda dengan era Orde Baru yang mana televisi cenderung hadir berdampingan dengan penguasa sehingga sulit dikontrol, dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2002 tentang Penyiaran juga Undang –Undang Pers Televisi saat ini tidak bisa sewenang-wenang lagi, lembaga-lembaga seperti komisi Penyiaran Indonesia punya kewenangan memberikan sanksi berat bila Televisi menghadirkan tayangan melanggar Undang-undang Penyiaran, sehingga Televisi dalam tayangannya sulit menyajikan tontonan yang melecehkan orang, apalagi dalam konteks tayangan berita.
5. Sebagai penonton setia ILC saya pernah beberapa kali melihat anda ( Christianto Wibisono ) hadir dalam program ini, antara lain pada diskusi tentang kasus Century juga kasus Mirna dan kematian Jessica, mudah-mudahan saya tidak salah ( bisa kita searching di Youtube ). Lucu buat saya karena anda justru sering hadir memberikan argumentasi, pendapat dan opini di tayangan yang menurut anda program penuh lelucon dan dungu, bukankah anda sendiri hadir dengan semangat dan antusias dalam tayangan ini ( silahkan dilihat penampilan anda di ILC melalui Youtube ). Apakah kehadiran anda yang ditonton sebagian masyarakat Indonesia itu bagian dari pameran kedunguan dan lelucon atau keingingan untuk memberikan opini melalui suatu program yang kredibel, berkualitas dan ditonton banyak orang dari berbagai kelompok sehingga pembicaraan anda bisa menjadi opini kuat dan berarti ??
Seperti yang disampaikan di atas, saya bukan warga Jakarta sehingga catatan saya ini bukan pada semangat pro atau kontra Ahok, secara pribadi saya berharap semoga Jakarta mendapatkan pemimpin terbaik sebagai Ibukota negara yang berdampak pada kepemipinan daerah lain, namun dalam proses berdemokrasi pencarian pemimpin butuh pengujian yang serius demi mendapatkan yang terbaik dengan tidak meninggalkan tata karma Indonesia. Kita butuh berbagai komponen dalam memperjuangkan demokrasi salah satunya peran media, keberanian media menguji dan memberitakan para calon pemimpin menjadi data dan masukan bagi masyarakat .
Semoga Proses pencarian ini tidak membuat semua kita medewakan siapapun dan melecehkan siapapun dan Jakarta sebagai Ibukota Indonesia tercinta mendapatkan Gubernur terbaik.
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H