Mohon tunggu...
Taufan Sopian Riyadi
Taufan Sopian Riyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Kretekus

Warga biasa yang kebetulan suka nulis https://taufansopian.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Napi yang Ditukar

8 April 2020   03:50 Diperbarui: 8 April 2020   04:42 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Masih ingat dengan kasus Setya Novanto? Bukan mengenai mobilnya menabrak tiang listrik. Melainkan statusnya sebagai narapidana yang kedapatan sedang makan di restoran padang di Jakarta. Atau kasus lain yang cukup menghebohkan, yaitu Gayus Tambunan yang tertangkap kamera warganet sedang menonton Tenis di Bali? Saking hebohnya, sampai ada yang membuatkan lagu khusus untuknya. Begini dua bait penggalan liriknya.

Sebelas maret
Diriku masuk penjara
walku menjalani
Proses masa tahanan
......
Andai ku Gayus Tambunan
Yang bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi
........

Bagaimana, sudah ingat dengan lirik lagu itu? Jangan-jangan anda pun membacanya sambil bersenandung.

Salah dua kasus di atas bukan merupakan hal yang baru sebetulnya. Jauh sebelum Setya Novanto ataupun Gayus Tambunan, ada Sardono Projokusumo alias Don alias Projo yang sudah terlebih dulu melakukan hal itu. Bedanya, jika Setya Novanto dan Gayus Tambunan keluar penjara dengan meninggalkan kamarnya yang kosong. Projo keluar penjara dengan tetap meninggalkan sosok yang tetap menjadi Projo di sana. Jadi, kamarnya tetap terisi, tidak kosong dan tetap terisi oleh Projo itu sendiri. Loh, kok bisa seperti itu? Projo keluar penjara tapi Projo juga yang ada dipenjara. Jadi, begini awal mulanya.

Pak Sanen, si empunya bengkel besi itu akan menutup bengkelnya. Persaingan yang semakin ketat, juga lokasi bengkelnya di pusat kota yang dihimpit gedung-gedung tinggi sudah tidak memungkinkan untuk bersaing di industri ini. Pesanan kian hari kian sedikit, bahkan pernah tak ada sama sekali. Brojo seorang pemuda asal Tegal yang merantau ke Jakarta menjadi salah satu karyawan di sana.

Brojo hidup nyaman di Jakarta. Bersama Istrinya Wisuni yang ia bawa dari kampung, tinggal di sepetak kamar kontrakan. Setiap pagi hari pergi bekerja, siangnya makan di warteg di pojokan jalan. Pulang sore bahkan malam kalau pesanan ramai. Tiap bulan mendapatkan uang hasil kerjanya. Hidup seperti dalam bayangannya sejak pertama kali datang ke kota ini.

Namun, ia tak pernah membayangkan bahwa akan berhenti bekerja. Sekali pun tak pernah ia memikirkan akan kehilangan pekerjaannya. Hari itu, ia menerima gaji untuk terakhir kalinya dari Pak Sanen.

Ia pun gelisah, bingung, apa yang harus ia lakukan. Berbicara ke istrinya tak bisa, ke orang tua yang sedang berkunjung pun tak punya keberanian. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyuruh istrinya pulang bersama kedua orang tuanya ke kampung.

Setelah istri dan orang tuanya pulang ke kampung. Brojo masih belum tahu mau apa selanjutnya. Ia hanya berjalan-jalan, sampai akhirnya kembali melihat bekas bengkelnya, yang sekarang sudah rata dengan tanah. Juga ke warteg langganannya, yang juga sedang dibereskan serupa bengkel.

Di situlah ia bertemu dengan orang bernama Pak Zul, memakai setelan jas, rapih dengan rambut yang mulai memutih, kontras sekali dengan penampilan Brojo. Sejak pertemuan itu, hidup Brojo mulai berubah. Karena Pak Zul datang mencari Brojo dengan menawarkan sebuah pekerjaan yang cukup menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun