Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa yang Perlu Menjadi Fokus dalam Sisdiknas?

28 Maret 2022   16:25 Diperbarui: 28 Maret 2022   23:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/jess-yuwono

Dalam waktu belakangan ini, RUU Sisdiknas menjadi tema yang hangat diperbincangkan oleh mereka yang memiliki fokus dalam dunia pendidikan. 

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dikumpulkan oleh Kemendikbudristek untuk membuat draf rencana undang-undang sistem pendidikan yang baru. Meskipun dalam pelaksanaannya, Kemendikbudristek juga membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dalam perencanaan tersebut. Oleh karenanya, pembuatan RUU Sisdiknas ini dilakukan secara terbuka.

Anggap saja, sudah 70 tahunan sistem pendidikan ini mencoba untuk mencapai visi yang tertera dalam UUD '45, yakni "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum". Banyak para pakar pendidikan silih berganti berupaya untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Meskipun hal itu tidak akan pernah usai sebab harus menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Jadi, maklum saja jika perubahan sistem terus menerus akan terjadi dilakukan oleh para pakar yang ahli dalam bidang pendidikan ini.

Pendidikan merupakan satu wilayah yang sangat dibutuhkan tidak hanya untuk mencerdaskan dan atau meningkatkan kesejahteraan. Pendidikan menjadi tempat untuk mengasah keterampilan berpikir, baik secara melalui pendidikan formal ataupun non-formal. 

Hanya saja, apa yang menjadi visi tersebut nyatanya benar-benar melahirkan generasi-generasi yang tidak hanya cerdas, akan tetapi cerdik. Intelektualitas generasi yang lahir menghasilkan beberapa rekor yang patut diapresiasi dan diingat betul sepak terjangnya.

Salah satu prestasi yang paling mencolok adalah budaya korup. Indonesia setidaknya termasuk dalam jajaran peringkat atas di level Asia. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi cita-cita dalam hal mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan jelas sudah tercapai. Meskipun masih dalam level pribadi, tapi semoga saja kelak hal tersebut akan terealisasi secara umum/ nasional.

Tentu saja, ada pertanyaan dalam Sisdiknas yang mengkreasi atau mencetak orang-orang pintar, bagaimana tanggung jawab moral dan akhlak dari para pemelihara budaya korup tersebut? Hingga sudah menjadi bahasa umum bahwa budaya tersebut sudah mengakar sampai ke lingkar pemangku kekuasaan terkecil. Sebab, kalau bukan atas andil orang intelektualitas dan berkuasa, setidaknya budaya tersebut tidak  akan mencapai prestasi di level Asia.

Lantas, dualitas Negeri dan Swasta juga menjadi hal yang mesti menjadi fokus perhatian para pakar pendidikan. Terlebih, apabila menyangkut tenaga pendidik atau guru yang kesejahteraannya masih kurang diperhatikan. Taraf upah hanya diukur dengan sertifikasi, bukan seberapa besar peranan para guru tersebut di wilayah tanggung jawab ruang kependidikannya.

Bagaimana bisa kualitas pendidikan yang bermutu dan berakhlak bisa ditingkatkan? Apabila kualitas tenaga pendidiknya sering dinomerduakan, bahkan dinomersekiankan. 

Bagaimana kesenjangan itu begitu sangat nampak, antara pendidik ASN dan honorer. Antara pusat kota dan di wilayah-wilayah pinggiran. Lantas, apakah sebagai tenaga pendidik yang notabene merupakan suatu panutan, sudah pantaskah mereka menjadi idola daripada artis-artis youtuber atau yang lainnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun