"Karena engkau sudah menyebabkan ketenangan bagiku." Dalam rentang terang ataupun diam, hati ataupun jiwa selalu berjalan melayani rindu. Bukan untuk kebahagiaan diri, melainkan untuk rasa itu sendiri. Rasa yang dititipkan olehnya.
Jadi, tidakkah apapun yang menjadi kehendakmu, menjadi sesuatu yang diridhoi olehnya. Sebab, apa yang hendak engkau lakukan mungkin diyakini demi sebuah keamanan akan sesuatu. Apapun yang mungkin saja engkau disibukkan olehnya, mungkin pula demi ketenangan yang engkau sendiri tidak pernah memberi maksud itu kepadanya.
Bisa jadi nantinya aku akan terlihat seperti tawanan, meskipun itu menjadi suatu kebaikan yang diberikan olehnya, sebab aku akan terus mengingatnya. Segala bias penilaian hanya akan menjadi embun yang menyejukkan, sebab mengingatnya akan membuat aku lebih taat.
Andaikata Dia sedang menunjukkan ketidaksukaannya kepadaku, bisa jadi keresahan akan menjadi perangaiku. Ketika hasrat "melayani" itu diubah menjadi ingin "terlayani", maka hilang atau batal sudah segala yang dititipkan. Kehendak itu mungkin sudah tidak lagi selaras hingga keharmonisan yang sudah terbangun, seketika akan mudah gundah gulana.
Lantas, akankan seseorang akan mendapat suatu perlindungan oleh suatu canda bahagia? Ataukah oleh sebab derita? Sekalipun kedua sisi itu tak akan pernah luput dari pengawasannya, manakan yang akan lebih menarik perhatiannya?
Suatu kemasan makanan ringan pasti dibuat untuk menarik hati para pembeli. Akan tetapi, apakah suatu perjuangan hanya hendak ditujukan untuk membeli nilai suatu kemasan, ataukah isinya yang masih rahasia dan tertutup oleh kemasan tersebut? Karna selalu ada kemungkinan isi tak sesuai dengan ekspektasi yang terpampang dalam kemasan. Begitupun sebaliknya, bisa jadi kemasan yang tidak menarik tidak lagi menjadi suatu perhitungan, sebab sudah yakin akan kenikmatan isi yang tersaji.
Aku bisa saja mengungkapkan banyak kata rindu kepadamu,tapi bisa jadi hal tersebut adalah awal ataupun akhir. Semua kata itu hanyalah kemasan ucapan ataupun tulisan yang akan lenyap seiring dengan waktu. Namun bagaimana jadinya jika kemasan itu tak seindah yang lainnya? Tanpa ada kata-kata ataupun ucapan yang sangat bisa digunakan untuk menarik perhatianmu. Seperti halnya suatu tempat jauh di dalam diri, yang mana banyak rasa dititipkan, yakni jiwa.
Jiwa mungkin saja merupakan suatu isi yang tak bisa sekedar dicitrakan oleh keindahan kemasan. Layaknya perasaan rindu yang tidak bisa direpresentasikan hanya dengan sebatas bualan kata. Yang tak akan menjadi sebuah makna tanpa adanya untaian karsa atupun derita. Sebab jiwa ini tak lagi berbatas dengan raga, kemasan, yang bisa jadi tanda awal ataupun akhir. Yang mana tujuannya bukanlah kesementaraan, melainkan keabadian. Ia akan menerjang segala fana, mencari kesejatian.
Pada waktu sekarang ini, ada bagian pengingat dari diri yang tinggal di masa lalu dan hakim yang tinggal di masa yang akan datang. Mereka tidak akan pernah terlepas dariku. Akan tetapi, ada sesuatu yang spesial yang masa lalu dan masa depan tidak merasakannya. Yaitu merasakan senyum itu terlahir kembali, dengan segala manis yang dikandungnya.
Adapun segala ketenangan yang hanya dirasakan, tak ada yang lebih menenangkan dari apa yang dirasa saat ini. Segala kebaikan yang telah banyak engkau semai, kini semua berbuah kembali menjadi kenikmatan bagimu.