Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kembali Niat Menuntut (Menghidupkan) Ilmu

11 Oktober 2021   16:22 Diperbarui: 11 Oktober 2021   16:25 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/dmitry-ratushny

Tapi perhatikan orang-orang di sekeliling kita, maka itu akan menjadi cerminan untuk diri kita sendiri dalam menanamkan niat dan tujuan ketika menuntut ilmu. Bagaimana tak terasa waktu telah banyak dihabiskan? 

Sedang ilmu itu seolah hanya lewat ataupun hanya sekilas singgah. Bagaimana keberhasilan dan kegagalan menjadi suatu dogma? Dengan tolak ukur pada umumnya berlandaskan kemegahan dunia, jika dibandingkan dengan keindahan hati.

Manusia berjalan menyusuri jalannya masing-masing, dengan cerita perjalanan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting bagi diri untuk berada pada suatu kegiatan kolektif dalam ruang pembelajaran. 

Sehingga membentuk suatu majelis dengan banyak variasi bekal pengetahuan yang berbeda-beda. Semakin banyak, tentu akan semakin menambah potensi khasanah keilmuan yang dapat diulik.

Mengingat pentingnya menghadiri suatu majelis, Kanjeng Nabi pernah bersabda, "Menghadliri majelis orang berilmu, lebih utama daripada mendirikan shalat seribu raka'at, mengunjungi seribu orang sakit dan berta'ziah seribu janazah".

Mungkin saja majelis ini bisa digunakan sebagai ajang silaturrahmi atau temu kangen bagi mereka-mereka yang dipertemukan ketika berjalan bersama menuntut suatu ilmu. 

Akan tetapi, keadaan itu mungkin bukan menjadi tujuan utama bagi mereka yang sedang berjuang menuntut ilmu. Dalam sebuah majelis, godaan paling umum adalah tidak bisa tenang. Maka dari itu, bersikap diam menjadi level di atas mereka yang menginginkan silaturrahmi.

Kita akan mencoba menghargai sesorang yang sedang menjadi pembicara, sehingga ada tuntutan agar diri fokus mendengarkan. Mendengarkan ini tidaklah mudah, apalagi kalau kita merasa lebih baik dari si pembicara. 

Padahal, kita tidak akan pernah mengetahui akan keluar dari mulut siapa ilmu itu dititipkan. Kita bisa membayangkan ketika sedang bersekolah, bagaimana mendengarkan seorang guru pun begitu susah, hal tersebut terjadi karena diri merasa apa yang disampaikan tidak begitu penting.

Dengan mendengarkan kita akan banyak mendapat data. Tingkat selanjutnya adalah kita mencoba mengolah dan meramu data-data yang masuk secara random. 

Pada wilayah ini tentu saja kita butuh inisiasi, kreasi, dan keberanian. Ilmu semakin berkembang pada tahapan ini. Hingga yang terakhir buah ilmu itu dapat kita aktualisasikan. Hal ini sangat penting, sebab ilmu akan hilang jika tidak diamalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun