Melihat keadaan tersebut, saya tidak akan menegur mereka atas segala hal teknis yang mungkin saja bisa diperbaiki. Saya akan banyak menawarkan banyak opsi-opsi yang merubah budaya, kebiasaan, pola, dan alur cara bekerja mereka.Â
Saya lebih memilih untuk meningkatkan daya profesionalitas para pekerja saya daripada harus mengutamakan hasil pekerjaannya. Sebab, suatu hasil sangat mungkin bisa untuk dimanipulasi dengan menghilangkan poin-poin kejujuran. Dan itulah yang umumnya banyak terjadi di bangsa kita, bahkan di lingkungan pendidikannya.
Jadi, sudah menjadi hal yang tidak mengherankan jika banyak lingkungan yang nampak profesioanilitas, justru memiliki iklim intern yang menjijikkan. Kita mengetahui bahwa diri kita memiliki penyakit, namun malah justu memeliharanya. Bahkan mengembang-biakkannya. Tapi, tantangan pada zaman sekarang umumnya adalah bukan merubah, melainkan bertahan. Sebab, kalau engkau berkeinginan untuk merubah, hal utama yang akan didapat adalah kekecewaan.
Tidak hanya cahaya dan lapis legit yang berlapis-lapis, namun untuk mendapati suatu perubahan pun dibutuhkan berlapis-lapis daya tahan untuk dapat menikmatinya. Dan karena kuota kehidupan ini tidak unlimited, bisa saja kita tidak mampu menikmati hasil dari segala perjuangan yang telah diupayakan untuk merubah suatu keadaan.
Namun, kita mengetahui untuk tidak mudah berputus-asa. Bukan terhadap hasil perubahan yang tak kunjung didapati, melainkan terhadap terhadap segala upaya kejujuran diri yang menjadi bagian sebab datang rahmatNya. Kita tidak bisa menentukan perubahan, karena kita hanya agen yang sedang dipekerjakan Tuhan. Dan bukan urusan kita menakar hasil, sebab Dia Maha Mengetahui Segala Perkara. Dan berubah atau tidak, itu semua juga sudah menjadi ketentuan-Nya.
Tidak mengapa mengakui kesalahan, asal jangan bersembunyi di balik kepalsuan. Kenalilah diri dengan memahami penyakit-penyakit yang menjangkiti diri. Lalu, berevolusilah menjadi manusia yang profesional di dalam setiap ruang yang banyak menghiasi perjalanan diri sebelum kembali.
***
8 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H